Lihat ke Halaman Asli

Memoirs of Southern Track with Progo, Sebuah Refleksi Perjalanan Hidup

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ever since childhood, when I lived within earshot of the Boston and Maine, I have seldom heard a train go by and not wished I was on it."

(Paul Theroux, The Great Railway Bazaar)

Progo.

Itulah kata pertama yang saya tulis di dalam catatan ini. Mengapa saya memilih kata Progo sebagai kata pertama??... karena kata tersebut sangat berkesan bagi saya. Bagi kalian yang belum tahu apa itu Progo akan saya jelaskan sekarang. Progo adalah nama sebuah kereta, sebuah kereta yang ditarik oleh lokomotif dengan mesin jenis diesel. Kereta ini adalah jenis kereta kelas ekonomi yang melayani rute Senen-Lempuyangan (Jogja). Progo adalah salah satu dari sekian banyak kereta yang melewati jalur selatan pulau Jawa.

Terhitung sampai saat ini sudah 3 kali saya menaiki Progo. Pertama adalah ketika saya pulang berlibur dari Jogja medio Agustus 2009 dan yang terakhir adalah keberangkatan serta kepulangan saya bersama teman-teman dari dan ke Purwokerto (26 & 30 Desember 2009). Saya tidak akan menceritakan tentang apa yang saya telah alami ketika pulang dari Jogja atau berangkat ke Purwokerto, tapi saya akan berkisah banyak tentang perjalanan pulang saya dari Purwokerto. Perjalanan yang telah banyak memberikan arti kehidupan bagi saya dan teman-teman Cuypala.

Kisah ini masih memiliki tautan dengan catatan saya sebelumnya yang berjudul Ekspedisi Cuypala, gunung Slamet 3428 mdpl. Saat itu 29 Desember 2009 waktu menunjukan jam 08.00 WIB, kami telah berkumpul di stasiun Purwokerto dan telah membeli tiket. Seperti biasa saya menyempatkan diri melihat tiket tersebut khusus pada kolom yang paling bawah. Saya tidak terkejut ketika melihat tulisan "BDR-,TANPA_TMP_DUDUK"...hehehe, tampaknya semua tiket kereta kelas ekonomi memang di desain seperti itu, seragam tulisannya di kolom pojok bagian bawah!!!...S#*T

Pukul 8.15 WIB, kami semua telah berada di peron dan kereta pun tiba. Tampak kereta telah penuh sesak oleh penumpang tapi kami pikir itu adalah hal biasa. Kami langsung mencari gerbong yang sekiranya masih ada ruang untuk menaruh carrier-carrier kami, tak disangka setelah 2 kali bolak-balik dari gerbong depan sampai belakang kami kesulitan mencari space. Semua panik dan menyebar entah ke gerbong mana!. Saya masih bersama Barun, Dzinun, Ambo, Aziz dan Toad di satu gerbang. Semriwing entah berada di gerbong nomor berapa, yang jelas dia dapat lapak di gerbong belakang. Belakangan kami tahu bahwa dia dapat tempat di WC di gerbong belakang, sedangkan Ipan tak jelas kabarnya. Hahahah!!!..

Progo saat itu sangat padat, bahkan untuk bergeser saja sulit. Akhirnya saya dapat tempat juga di pintu belakang gerbong, dekat WC. Itu pun saya sempat adu mulut dengan penumpang yang berada di dalam WC yang menyuruh saya masuk ke dalam. FYI, yang di dalem WC jumlahnya 6 dengan spec 5 dewasa + 1 bocah!... Ini dia dialog adu mulutnya:

Mas WC tampang Jamet [MWTJ]: "Mas tasnya(sambil ngedorong-dorong carrier saya)...masuk ke dalam aja mas!!..."

Saya : (celingak-celinguk ngeliat sikon trus nanya sama anak muda di depan saya)..."masih ada tempat mas di tengah?"

Anak muda dpn saya: "wis penuh eh mas-dgn dialek Cirebonan"...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline