Lihat ke Halaman Asli

Dian Chandra

Arkeolog mandiri

Puisi Ramadhan: Sepuluh Takjil dan Kita yang Menaruh Pinta

Diperbarui: 15 Maret 2024   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pasar takjil (Sumber: pexels.com)

Sepuluh Takjil dan Kita yang Menaruh Pinta || Puisi Dian Chandra

Kita menempuh keramaian pasar
Dengan sekantung uang
& perut yang lapar

Kita memilih-milih
Dengan segala perkiraan
Yang kita miliki
--saat-saat lidah libur seharian

& insting yang mendadak tumbuh

Kita kuatkan pilihan
Pada igik delimo, roket, pekempek
tekwan, mie ikan, serabi kuah durin
bolu kuci, hengkulun
& lemper

Kita pulang
Dengan hati lapang
Sembari menunggu maghrib
--dengan segala pinta
yang merambat
melalui jari-jemari kita

Toboali, 15 Maret 2024

Suasana berburu takjil (Sumber: Tribun)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline