Lihat ke Halaman Asli

Dian Chandra

Arkeolog mandiri

Puisi Ramadan: Menunggui Waktu

Diperbarui: 13 Maret 2024   19:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels.com

PUISI RAMADAN: Menunggui Waktu

jauh-jauh setelah sahur ia tanggapi dengan santuy
ia mulai mengatur pikir
agar tak lupa zikir
di sela-sela harinya
yang fakir

usai sahur
ia tak pernah tidur
ia hitung-hitung jumlah beras
"cukupkah mengganjal perut anak-anak?"

ia rapihkan air mata
di sela-sela hidungnya
hingga betul-betul sedap dipandang
sedang kutu-kutu kian gencar saja
memuat pemukiman
di dalam sekantung beras
yang tak cukup-cukup ia hitung

ia tunggui waktu
usai sahur yang pilu
--ketika meja makan mulai bertandang sepi
hanya ada bubur & segelas keikhlasan
yang melekat
di wajah anak-anaknya

Toboali, 13 Maret 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline