Lihat ke Halaman Asli

Dian Chandra

Arkeolog mandiri

Permulaan

Diperbarui: 2 September 2022   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kubeli waktu, melalui penciptaan anak manusia. Usai gigil dini hari.  kutahan-tahan kandung kemih agar tak melewatkan tumbuh kembang.

Kubeli anak manusia

Yang lantas saling bunuh.

Untuk mengikut degup di kepala. Membikin irama ratap di mana-mana. Nestapa pada tubuh-tubuh berhalimun nafsu dan pekat birahi.

Kubeli padang-padang kegilaan. Sudah sejak Qabil dan Habil menguasai kisah umat manusia. Selepas imaji-imaji keindahan tertanam di mimpi-mimpi.

Kubeli ingatan. Serupa keturunan Raden Wijaya

Yang melarung ingatan balas budi. Memanggil-manggil dendam di nurani Nambi.

Kubeli nasib, dari kata-kata ajaib. Menyeret Kunti, Calon Arang, dan Sri Tanjung dalam keramaian pikiran di ujung maut. Menjadi selimut duka. Gigil.

Kubeli segala, merampas minyak, gas, gula, dan tawa emak-emak

Yang genap berumah dalam getir. Menjelma kerikil-kerikil di ujung mata. Hingga lupa akan semoga

Dan doa berkepanjangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline