Lihat ke Halaman Asli

Jualan "Imajinasi" Kesejahteraan Para Calon Pemimpin Negeri

Diperbarui: 26 Desember 2023   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. Pribadi

Oleh: Hardian Lapandewa

Hari-hari mulai semakin menyesakkan, bukan karena padat penduduk dan sempitnya ruang hidup wilayah tapi disebabkan oleh pergunjingan politik yang semakin memanas. 

Pembahasan politik menuju pilpres menjadi konsumsi public, dari elit lokal sampai akar rumput. Nelayan, pedagang, petani bahkan ASN dan para pendamba kestabilan ekonomi keluarga mulai ikut andil menilai para calon pemimpin negara.karena kebijakan mereka nantinya yang akan menentukan nasib manusia Indonesia. 

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah memulai memberikan ruang para calon pemimpin negeri untuk memaparkan segala Visi_misi mereka. karena ditangan merekalah "imajinasi" kesejahteraan itu diletakkan.

Para kandidat pemimpin negeri (tidak perlu saya sebutkan namanya) sangat lihai saling senggol program bahkan juga saling bersepakat beberapa program. 

Celoteh mereka diruang public dalam bentuk media adalah sebagai upaya menanamkan ideologi kepada para pendengarnya. Bahkan para tim sukses maupun simpatisan saling potong video untuk mengangkat ide-ide prilian kandidatnya atau sekedar memotong video rivalnya yang bisa dijadikan centilan untuk menjatuhkan lawannya. Saling kritik, saling senggol dari masing-masing para pendukung partai politik maupun para simpatisannya.

Perang itu dapat kita saksikan pada perang media bahkan sampai pada diskusi-diskusi masyarakat akar rumput. Walaupun sama-sama memahami bahwa ide-ide para kandidat itu bertujuan baik, tapi kita harus menyadari lebih awal bawah perang ide tetaplah dalam isi kepala. 

Perang ide yang disampaikan terdapat upaya metode realisasi dari setiap programnya, tapi itu semua hanyalah ide-ide semata. Karena perdebatan tidak hanya menyampaikan ide-ide gagasan tapi juga terdapat upaya keterdesakan untuk menyampaikan suatu gagasan karena didesak oleh pertanyaan-pertanyaan tajam lawan politik ataupun menjawab secara terdesak untuk mengklarifikasi kritik-kritik yang tampak menelanjangi.

Namun demikian, visi-misi yang mereka tuangkan yang kemudian menjadi konsumsi publik akan menjadi jejak digital katika para calon pemimpin itu menduduki jabatannya sebagai kepala negara. Potongan-potongan video dapat menjadi alat tagih rakyat ketika banyak yang masih melenceng dari program yang pernah dijanjikan.

Dengan demikian, memilih pemimpin negeri tidak hanya memilih yang pandai mengumbar ide dengan kata-kata buaian tapi juga metode realisitis yang paling menyentuh mansyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline