Lihat ke Halaman Asli

Memahami Kelemahan Korupsi & Cara Membunuhnya

Diperbarui: 7 November 2015   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya rasa kita semua tentu sering mendengar nada putus asa, 'Bersih korupsi? Ah gak mungkin deh di Indo.' - 'Hmm, paling warm-2 chicken shit aja.'

Jadi, benarkah segitu susahnya? Penjelasannya ada di ilustrasi pihak-2 yang terlibat di piramida korupsi di bawah ini.


A = elite korupsi. B = kroni. C = yang sedikit dirugikan. D = yang paling dirugikan.

Kelemahan terbesar korupsi sebenarnya ada di prinsip dasar korupsi itu sendiri yaitu merampas yang bukan hak-nya. Dengan demikian, pelaku korupsi akan selalu KALAH JUMLAH secara masif.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mungkin A+B yang 4% dapat merampas hak 96%. Jawabannya adalah karena yang 4% terorganisir, yang 96% tidak. Bila ada perlawanan, yang 4% bisa melipatgandakan diri dengan menyewa oknum, tokoh agama, ormas, media dsb. 

Maka dari itu, TIDAK MUNGKIN seseorang (X) mengadakan perlawanan dari dalam / luar dan berhasil. Mungkin bisa terjadi euforia sebentar, tetapi tidak akan lama. A dan B akan menyusun kekuatan dan kembali. Atau A akan membujuk X menjadi B. Ini biasanya cerita klasik aktivis yang berbalik menjadi kroni.

Sebaliknya piramid akan jauh lebih mudah dihancurkan oleh Y, si penguasa juga. Y hanya cukup 'menerangi' piramid itu yang lama2 akan hancur sendiri.

Contohnya seperti saat Gub. DKI menaikkan gaji kebersihan DKI dari 600rb menjadi 3 juta. Rasanya tidak mungkin kenaikan gaji sedrastis itu. Yang masuk akal adalah memang segitu sebenarnya alokasi gaji petugas kebarsihan. 80% potensi korupsi hilang dan tiba-2 yang 96% menjadi lebih kuat. Jangan2 yang B juga memilih menjadi yang 96%, beda nya tidak banyak tapi rejekinya halal. :)

Melalui artikel ini, ada 2 hal yang ingin saya sampaikan: 

  1. Untuk melawan korupsi, dibutuhkan politikus. Senang tidak senang, hanya kekuasaan yang bisa melawan kekuasaan dan politikus lah yang memiliki kekuasaan itu.
  1. Waspadai politikus 'bersih' yang menyerang oknum. Biasanya mereka tidak lebih baik dari sang oknum. Hanya mengganti harimau dengan buaya dan dia sendiri adalah buaya muda nya. 

    Demikian juga bila politikus itu tertarik untuk bikin partai, ormas dll. Seorang politikus tahu persis jumlah orang bener dan kaga di partai politik.  

    Tetapi bila politikus itu selalu membidik sistem, menghancurkan yang lama dan mengganti dengan yang terang benderang...itulah pemimpin yang benar dan harus didukung 1.000%. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline