Lihat ke Halaman Asli

Harbi Hanif Burdha

Menjadi Penulis adalah cita-cita saya

Titik Sandora, Titik Balikku

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13851303251530466465

Titik Sandora tinggal jauh di pelosok Sijunjung yang notabenenya daerah terisolir dan miskin. Ayahnya hanya seorang petani biasa. Hidup serba kekurangan telah mereka jalani sepanjang hidupnya. Namun, semangat itu tetap ada dalam relung hatinya. Waktu itu ia masih SMA. Jarak rumahnya ke sekolah sekitar 10 KM. Tidak ada angkot dan tidak ada pula ojek. Ia kesekolah berjalan kaki.

Setamat SMA, Titik Sandora ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Karena kondisi ekonomi, lagi-lagi ayahnya meminta ia mengurungkan niatnya. Sejak kejadian itu, Titik mulai mengurung diri dan sering tidak mau makan. Melihat kondisi anaknya, ayahnya sangat sedih dan berkenginan menjual sebidang sawah satu-satunya aset keluarga tersebut.

kondisi tersebut membuat saya juga ikut prihatin. Secara tidak sengaja, saya janji akan membantu mereka supaya anaknya tetap sekolah. Ibu dan Ayahnya langsung menangis dan memeluk tubuh saya. “Terima kasih nak. Terima kasih tuhan. Engkau telah menunjukkan jalan kepada kami”. Melihat harapan mereka yang terlalu besar saya juga ikut sedih dan mencoba menahan gejolak dalam jiwa saya. Besoknya saya bawa mereka ke kota menemui Bupati dan tokoh-tokoh lainnya. 1 minggu kemudian, kami telah terkumpul uang dari para donator sebanyak Rp 8.000.000.

Tak berlama-lama, kemudian saya menemani Titik membayar uang Pendaftaran ulang di kampusnya. Setelah itu saya pulang dan merasakan kegembiraan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. 2 minggu kemudian saya sangat terkejut dan merasakan sedih yang sangat mendalam. Waktu itu hari Rabu. Titik meninggal karena mengalami Tukak lambung. Saya merasa ada pesan yang ingin Tuhan sampaikan kepada saya. Saya yakin, dibalik semua ini ada hikmahnya. Semoga Titik Bahagia di singgah sana-NYA.

Kejadian tersebut membuat perubahan besar dalam hidup saya. Dibalik banyaknya anak negeri ini berhenti sekolah karena malas dan kehidupan duniawi, ternyata masih ada yang ingin melanjutkan deratan masa depannya meskipun hanya dengan harapan yang sangat kecil dalam hidupnya. Seorang Titik Sandora berhasil menjadi Inspirator dalam perjalan hidup saya. Kisah tersebut menginspirasi saya tidak ada di dunia ini yang tidak mungkin selagi kita punya keyakinan dan berusaha, Tuhan akan memberikan hidayahnya.

Sebulan kemudian saya mencoba mendirikan Rumah Baca Insan Cita dan membuka pendidikan gratis untuk masyarakat miskin dengan dana seadanya. Sebelumnya saya agak sedikit pesimis, namun lagi-lagi Tuhan menunjukkan kebesarannya. Seorang tokoh masyarakat ingin dengn suka rela meminjamkan tempat dan buku-buku saya peroleh dari beberapa donator. Sekarang koleksi buku di Rumah Baca Insan Cita sekitar 656 buku.

Sebaik-baik Manusia adalah Manusia yang bermanfaat untuk yang lain. Terima Kasih Tuhan. semoga sekecil apapun yang kita lakukan, dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. semoga inspirasi dalam kisah ini bisa tertular kepada saudara-saudara saya yang lain.

1385130346445481635




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline