Lihat ke Halaman Asli

Harbi Hanif Burdha

Menjadi Penulis adalah cita-cita saya

Berawal dari Buku-buku bekas

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13896721441712711974

Tak terasa, sudah hampir 4 bulan Rumah Baca Insan Cita(RBIC) di Sijunjung didirikan oleh sekelompok pemuda yang punya kepedulian tentang pendidikan. Tepat tanggal 8 Januari 2014 kemaren, RBIC diresmikan oleh Bupati Sijunjung. RBIC terletak sangat starategis di Pusat Kota Sijunjung yang dikelilingi oleh beberapa sekolah Favorit dan juga perkantoran PEMDA Sijunjung.

13896724491775600286

Dibalik keberhasilan pemuda itu, ada sekelumit kisah yang sangat memilukan dan menyedihkan yang mereka rasakan. berbagai cercaan dan makian mereka dapatkan karena pesimisme berbagai kalangan masyarakat. Ada yang mengatakan mereka “gila”, ada yang mengatakan “gerakan politik”, dan juga ada mengatakan “angek-angek cik ayam(semangat sesaat)”

Namun semua itu tidak begitu mereka indahkan. September 2013 yang lalu, mereka berjalan menelusuri jalan kota mencari donator yang ingin menyumbangkan apapun untuk mendirikan Rumah Baca tersebut. sambil menenteng Proposal kegiatan yang sudah mereka rancang sebelumnya. Awalnya mereka di cemooh dan ditertawakan. Tapi setelah bertemu seseorang yang juga termasuk pemerhati pendidikan di Sijunjung, pemuda tersebut merasa mendapatkan angin segar. Bapak tersebut bersedia meminjamkan 2 Toko miliknya untuk dipergunakan sebagai tempat bernaungnya Rumah Baca. Sebelumnya mereka memberina nama Taman Baca Masyarakat, tapi karena pemuda tersebut umumnya civitas akademisi maka mereka putuskan memberikan nama Rumah Baca Insan Cita(RBIC).

Entah apa yang ada difiran mereka saat itu. mereka tidak punya dana dan asset apapun. Yang ada hanyalah tempat kosong yang dipinjamkan Bapak itu. esoknya mereka kembali melanjutkan misi mencari donator buku kepada masyarakat. Mereka mengharapkan sumbangan buku-buku masyarakat yang sudah using, tapi masih bisa di baca. Satu minggu mereka berjalan, mereka mendapatkan buku sebanyak 300 eksemplar, lemari, meja dan kursi. Satu bulan kemudian mulai lah mereka mendapatkan donator-donatur lain seperti Koran, listrik, speedy, spanduk, computer, dan lainnya.

Sungguh tak disangka. Dalam satu bulan mereka sudah bisa mngumpulkan buku sebanyak 1200 eksemplar buku dan sampai hari ini buku sudah berjumlah sebanyak 2331 eksemplar dari 165 donatur. Sekarang jumlah pengunjung di Rumah Baca tersebut berkisar 30-40 orang per hari. Peminjaman buku gratis dan Wi-fi gratis. Operasional Rumah Baca Insan Cita mereka ambil dari penjualan kios bensin dan kolam ikan yang mereka kelola.

Tak ada yang menyangka Rumah Baca Insan Cita(RBIC) tersebut akan berkembang secepat itu. Ditambah lagi buku kiriman dari Maarif Institute. Awalnya mereka sangat ragu kalau Ayahanda Syafii Maarif mau merespon SMS mereka. Maklum, beliau Tokoh Nasional yang super sibuk. Tapi semua itu diluar dugaan mereka. Pesan mereka dibalas dengan sangat memuaskan. beliau waktu tu juga memoohon doanya dari kampung karena pada waktu itu beliua baru keluar dari Rumah Sakit. Beliua sangat mengapresiasi gerakan mereka dan berjanji akan mengirimkan buku. Tanggal 10 Januari 2014, Buku Ayahanda Syafi’I Ma’arif sudah mereka terima di RBIC.

1389672314993276255

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline