[caption id="attachment_210409" align="alignnone" width="512" caption="Hatta Rajasa cukup piawai dalam menjalin komunikasi politik lintas golongan. Sumber foto : HR Harapan Rakyat"][/caption]
Cukup menarik membaca hasil survei yang dipublikasikan Indonesia Network Election Survey (INES) pada Senin (19/11/2012). Untuk pertama kalinya, Menko Perekonomian yang sekaligus Ketua Umum PAN, Hatta Rajasa berhasil mengungguli elektabilitas tokoh yang diusung menjadi capres dari Partaio Golkar, Aburizal "Ical" Bakrie dan tokoh gaek Golkar lainnya, Jusuf Kalla. Sebab selama ini, kala hasil survey dirilis, nama politisi berambut perak ini kerap tenggelam oleh dua nama yang disebut di atas, selain oleh nama Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.
Seperti telah diketahui, INES melakukan simulasi survey capres berdasarkan dikotomi Jawa-Non Jawa. Untuk capres kategori Non Jawa, Hatta menjadi yang terdepan dengan raihan suara sebesar 28.6 persen. Disusul Jusuf Kalla sebesar 20.2 persen. Baru kemudian Aburizal “ical” Bakrie menguntit di posisi ketiga.
Tentu hasil ini cukup mengejutkan. Hal itu dikarenakan, selama ini ketika hasil survey sebuah lembaga dipublikasikan, elektabilitas Hatta Rajasa selalu menjadi penguntit Ical dan Jusuf Kalla. Pertanyaannya, kenapa Hatta bisa begitu cepat menyeruak masuk ke bursa calon presiden terkuat?
Sejatinya, jika dirunut kebelakang, hasil survey yang dipublikasikan oleh INES tak berlebihan. Coba lihat catatan perjalanan karir Hatta Rajasa di bidang politik. Ia merupakan politisi yang sangat gemilang.
Di partai politik, ia berhasil mencapai posisi puncak sebagai Ketua Umum PAN. Di dalam jabatan politik birokrasi, ia pernah menduduki posisi empat kementrian (Menristek, Menhub, Mensesneg, dan Menko Perekonomian). Hebatnya, ia menduduki posisi-posisi tersebut di tiga masa periode kepemimpinan presiden, yakni satu periode di masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dan dua periode di masa kepemimpinan Presiden SBY. Ke depan, karier politik Hatta Rajasa sepertinya akan terus menajak. PAN yang melakukan Rakernas pada 10 – 11 Deseber 2011, telah mendaulatnya menjadi satu-satunya calon presiden yang akan diusung pada pemilihan presiden tahun 2014. Meski hingga sampai detik ini Hatta belum juga menganggukkan kepala tanda setuju.
Hatta Rajasa memang dikenal sebagai sosok yang memiliki kompetensi, loyalitas, dan profesionalitas dalam menjalani karier. Tak heran jika sejak Sejak era kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ia selalu dipercaya untuk menduduki pos menteri di setiap kabinet. Realitas itu dapat menggambarkan bagaimana kapasitas politisi asal Palembang ini.
Bahkan, ia merupakan menteri yang langsung paling aktif pada hari pertama sejak sidang perdana Kabinet Indonesia Bersatu I dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2004. Hatta langsung bekerja mempersiapkan program kerja 100 hari Departemen Perhubungan. Dengan kemampuan manajerial dan kecepatan mengambil keputusan, Hatta tampak tidak membutuhkan satu hari pun masa adaptasi dan pengenalan masalah di departemen yang ia pimpin. Politisi kelahiran 18 Desember 1953 ini tidak hanya memberi instruksi dari belakang meja, tapi juga terjun langsung ke pusat-pusat pelayanan yang dianggap memerlukan perhatian dan penanganan khusus. Tidak heran jika kemampuan manajerial dan kecepatan mengambil keputusan itu kemudian mengantarkan Hatta menduduki kursi menteri koordinatoor perekonomian pada Kabinet Indonesia Bersatu II.
Selain itu, Hatta Rajasa juga dikenal piawai dalam melakukan komunikasi politik. Sebagai contoh, saat muncul dua arus kekuatan besar pasca-Pemilihan Umum 1999 antara kubu BJ Habibie dan Megawati Sukarnoputri, Hatta bersama Amien Rais aktif menggalang komunikasi dan lobi politik untuk meredam situasi panas saat itu dengan mengusung kekuatan ”poros tengah” dan Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden. Kemudian dalam proses peralihan kepemimpinan dari Abdurrahman Wahid kepada Megawati Soekarnoputri, ia juga menunjukkan kemampuan komunikasi dan lobi politik dalam memunculkan pilihan-pilihan solusi. Pun kala Presiden SBY “terkurung” dalam situasi sulit, nama Hatta Rajasa selalu menjadi yang terdepan dalam menjalin komunikasi “lobi” politik.
Jika dicermati, kunci sukses Hatta Rajasa dalam menjalani karier politik, tak lepas dari sikapnya dalam memandang sebuah profesi. Menurutnya, saat melakukan sesuatu, jangan ada dualisme. Fokus dan kerjakan sesuai dengan porsi dan tempatnya. Tak heran jika kemudian saat ia menjalani tugas sebagai menteri, tak pernah membawa jaket sebagai ketua umum partai politik. Kerap kali wartawan harus “gigit jari” saat meminta konfirmasi tentang masalah politik di tempat kerja. Ia Cuma menjawab “saya saat ini sebagai menteri, bukan ketua umum partai politik” katanya suatu ketika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H