Lihat ke Halaman Asli

Amin, Hatta, dan Masa Depan Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13527096831016703909

Pendiri Partai Amanat Nasional yang juga mantan Ketua MPR RI, Amien Rais menitipkan nasib bangsa Indonesia ke tangan Hatta Rajasa yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum PAN. Pernyataan ini ia lontarkan saat acara Temu Kangen Antar Generasi PAN di Hotel Grand Kemang, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Hal ini cukup menarik. Kenapa? Karena hemat saya, jika sosok seperti Amin Rais sudah memilih nama untuk didaulat sebagai penerus pemimpin bangsa, tentu orang yang ia sebut bukanlah sosok sembarangan. Pasti, Amin Rais punya alasan kuat menujuk nama Hatta.

Dan jika kita teliti, sosok Hatta Rajasa memang memiliki kemampuan yang sangat bagus, baik dalam sisi menejerial maupun sisi teknis. Tentu kita tak bisa lupa, bahwa keberhasilan perekonomian Indonesia saat ini tak bias lepas dari polesan tangan dingin politisi berambut perak ini. Ditangannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus merangkak naik. Bahkan disaat dunia tengah tiarap akibat hempasan badai krisis, Indonesia malah mencatatkan pembangunan ekonomi yang cukup mengesankan. Selain Ketua Umum PAN, Hatta adalah Menko Perekonomian saat ini.

Memang, jalan untuk menjadi pemimpin bangsa pada 2014 nanti, nama masih kalah pamor dibandingkan dengan nama Prabowo Subianto atau Aburizal Bakrie. Saat ini, dua nama yang disebut terakhir memang tengah mendominasi ruang publik terkait wacana tokoh kandidat calon presiden tahun 2014. Harus diakui bahwa kedua calon itu memiliki sumber daya finansial dan jaringan media massa yang sangat mumpuni ketimbang HR.

Namun, dua hal itu tidak lantas serta merta dapat menjadi jaminan bagi kedua tokoh itu untuk melenggang mulus menuju kursi kepresidenan. Publik tentu tidak akan lupa bahwa Aburizal Bakrie memiliki catatan hitam berupa kasus Lumpur Lapindo dan tunggakan pajak kelompok usaha Bakrie. Setali tiga uang dengan Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto pun masih memiliki beban hukum terkait dengan dugaan pelanggaran HAM kala ia masih aktif di dunia kemiliteran.

Sementara secara perlahan, nama Hatta telah masuk dalam jajaran pejabat birokrasi pemerintahan dan elite politik papan atas Indonesia. Meskipun saat ini elektabilitasnya masih ada dibawah dua tokoh di atas, namun sejak menjabat sebagai menteri sekretaris negara pada Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) jilid I, HR menjadi tokoh yang semakin akrab di telinga publik. Apalagi, baru-baru ini HR melakukan hajatan besar dengan menjadi besan Presiden SBY. Meski belum ada data resmi, perhelatan perkawinan Ibas-Aliya sepertinya akan berdampak pada popularitas Hatta di kalangan masyarakat.

Dengan kemampuan komunikasi lobi yang baik dan banyaknya jaringan, juga menjadi kelebihan Hatta dalam perburuan kursi RI-1. Melalui berbagai jaringan organisasi yang digeluti –seperti Ikatan Alumni ITB (IA-ITB), dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) misalnya¬– bukan perkara sulit bagi HR untuk melicinkan langkah tampil sebagai tokoh kandidat calon presiden potensial. Tak mengherankan apabila kemudian pengurus DPD dan DPW PAN begitu ngebet mencapreskan HR secara dini.

Kelemahan mendasar yang dimiliki HR saat ini adalah perolehan suara partainya yang masih stagnan pada angka 6 – 7%. Tentu dengan modal suara partai sebesar itu, akan sangat sulit bagi HR untuk bargaining position menduduki posisi capres. Jikalau pun bisa, HR tentu akan menghadapi kesulitan kala terpilih. Pengalaman pemilu 2004 menunjukkan, SBY yang terpilih bersama dengan JK, tak bisa berbuat banyak menghadapi “gangguan” DPR. Bahkan ada celetukan disebagian kalangan, the real presiden Indonesia kala itu adalah JK. Hal ini mengacu pada dominasi JK yang cukup kelihatan terhadap SBY dikarenakan sebagai ketua umum Partai Golkar yang menjadi pemenang pimilu legislatif 2004 dan menguasai kursi DPR.

Meski demikian, bukan berarti kans Hatta jadi tertutup. Tentu kita tak boleh lupa dengan fenomena SBY. Pada pemilu 2004, SBY hanya diajukan oleh partai demokrat yang saat itu suaranya hanya 7 persen. Toh akhirnya SBY tak kesulitan mencari partai koalisi dan akhirnya terpilih menjadi presiden. Dengan segala catatan positif yang dimiliki Hatta Rajasa, saya cukup yakin bahwa politisi asal Pelembang ini juga memiliki kans cukup kuat untuk mencari partai koalisi dan menjadi salah satu kandidat “kuda hitam” untuk menjadi pemimpin di masa datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline