Lihat ke Halaman Asli

Brand "Mandheling Coffee" Tersandera Daerah Lain

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia terutama dari wilayah bagian utara (Aceh) sampai Selatan (lampung).

Mandheling adalah sebutan untuk Mandailing pada saat penjajahan Belanda, yang merupakan istilah untuk etnik, bukan istilah untuk wilayah (Sweet Maria, 2011). Asal-usul kopi dengan sebutan Mandheling merupakan wilayah geografis di dataran tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara berada di sekitar Gunung Sorik Marapi dan Gunung Kulabu, dengan elevasi 1000 - 1600 mdpl, jenis tanahnya vulkanik subur, iklim basah dan dekat dengan khatulistiwa.

Kopi Mandheling (Mandailing) merupakan salah satu kopi SPECIALTY yang sangat terkenal di dunia. Kata "Mandheling merujuk pada salah satu etnik di Sumatera Utara yang berdiam di wilayah angkola, sipirok sampai arah selatan yang berbatasan dengan Sumatera Barat.

Menurut Mawardi (2008b), beberapa kopi yang tergolong Mandheling adalah: Kopi Gayo, kopi sidikalang, kopi simalungun, kopi sipirok, kopi mandailing. Meskipun nama Kopi Mandailing begitu terkenal karena kekuatan karakter dan rasa kopi sulit ditandingi oleh kopi lain.

Perkiraan produksi kopi Mandailing sekitar 10.000 - 15.000 ton karena pengelolaan yang masih tradisional dan dikelola secara perorangan. Melihat terbatasnya produksi ini maka tidak heran bahwa kopi ini sangat terbatas (limited) dan potensi ini dimanfaatkan oleh daerah lain dengan memakai brand "MANDHELING".

Orang Mandailing Tidak Tahu Kopi Mandailing?

Beberapa waktu yang lalu penulis membuat status "Mandhelung Luwak Coffee" di facebook komunitas masyarakat Mandailing. Melihat status ini banyak reaksi dari berbagai masyarakat, bahkan sebagian bekerja di instansi pemerintah di Mandailing, Caleg dan komentarnya juga bervariasi "masa sih ada?, gak percaya, dimana?, dll. Akhirnya saya tunjukkan daerahnya kepada mereka.

Pengalaman lain ketika hari raya qurban beberapa waktu yang lalu dibawa 100 gr (Rp. 150.000/ons) produk kami TABO LUWAK COFFEE (Mandheling Coffee) ke Mandailing dan ditawarkan kepada panitia qurban dan mereka kaget. Tujuannya saya bawa agar mereka tahu bahwa apabila produk dikelola dan bentuk dan kemasannya dirubah maka nilai tambahnya sungguh luar biasa, dimana harga kopi luwak mentah di desa tersebut Rp. 30.000 - Rp. 40.000 per kg dan melalui pengolahan dan pengemasan menjadi Rp. 1,5 jt/kg.

Kopi Mandailing diperkirakan akan bangkit kembali terutama di daerah Ulu Pungkut Mandailing, permasalahannya adalah kualitas yang belum terkontrol dengan baik, berdasarkan hasil uji Cupping Mandheling Coffee untuk keperluan ekspor ke Jepang pada bulan Mei 2013 lalu diperoleh skor 83,75 dari 100. Berdasarkan Cupping Report tersebut skor tertinggi 10 (Uniformity, Clean Cups dan Sweetness) sedangkan skor lain (Fragrance 7.75, Flavor 7.75, Aftertaste 7.75, Acidity 7.50, Body 7.75, Balance 7.75 dan Overall 7.50).

Melihat potensi dan prospek kopi Mandailing diatas maka pemerintah dan petani kopi perlu kerja keras untuk merebut kembali Brand "MANDHELING COFFEE" di Pasar Internasional yang sudah tersandera oleh produk kopi dari daerah lain.

www.mandhelingcoffee.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline