Lihat ke Halaman Asli

Mandheling Luwak Coffee: Antara Pelestarian Alam dan Penolakan Komunitas Kopi Inggris

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Saya sedang sedang semangat-semangatnya mempromosikan kopi luwak mandailing (Mandheling Civet Coffee) yang diproduksi oleh komunitas petani kopi di daerah Sipirok Tapanulis Selatan.

Produksi kopi luwak ini berasal dari perkebunan kopi rakyat di tiga desa seluas 90 ha dan hanya menghasilkan 60 kg/bulan. Artinya produksi kopi yang terkenal dengan mahalnya ini berasal dari luwak (musang liar/Wild Civet). Komunitas ini menanam kopi di areal sekitar gunung Sibual-buali Sipirok Tapanulis Selatan.

Ketika berusaha mempromosikan produksi kopi luwak ini ke komunitas kopi Inggris melalui forum saya mendapatkan jawaban seperti ini "There is a public backlash over Civet coffee in the UK, and no-one from the forum will buy your product"

Mendapat jawaban seperti itu saya langsung klarifikasi bahwa kopi luwak ini berasal dari luwak liar bukan peliharaan bukan dari hasil eksploitasi, bahkan komunitas ini melarang perburuan luwak. Kalau dianalogikan dengan susu sapi yang diperah di negara juga berasal dari binatang bahkan hasil dieksploitasi.

Kalau melihat jawaban komunitas ini, saya melihat adanya egoisme asing terhadap produk hasil pertanian negara-negara berkembang. Setidak-tidaknya arogansi mereka terhadap petani kita.

Ada apa sebenarnya yang terjadi terhadap penolakan ini, apakah kompasioner ada yang bisa jawab?

Demikian informasi dari Volunter TABO LUWAK KOPI,

http://mandhelingcoffee.blogspot.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline