Lihat ke Halaman Asli

Jelang Pilpres, Penyelundupan Senjata ke Papua Makin Marak

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1403722076619322106

[caption id="attachment_330798" align="aligncenter" width="535" caption="Pelaku pemasok senjata api dari Filipina Selatan ke Puncak Jaya ditangkap petugas Polda Papua, 6 Mei 2014 (foto: papuapos.com)"][/caption]

Pelaksanaan Pilpres 9 Juli 2014 tinggal dua minggu lagi. Semakin mendekati hari ‘H’ semakin ramai pula pengungkapan kasus penyelundupan senjata api ke Papua. Kompas.com Rabu pagi (25/6/2014) menyajikan sebuah berita mengejutkan dari Tanah Papua. Tim gabungan TNI-Polri menyergap sebuah mobil Carry yang mengangkut tiga penumpang berinitial EW (37), DW (19), dan TT (42) di Jalan Abe Pantai, beberapa kilometer sebelum memasuki Kampung Nafri, Jayapura.

Dari penyergapan tersebut, aparat menyita dua pucuk senjata laras panjang double loop, bersama 997 butir amunisi kaliber 7,62 mm, 88 butir amunisi kaliber 38 mm, 25 butir amunisi kaliber 45 mm, dan 27 butir amunisi double loop kaliber 5,56 mm.Selain itu, dalam mobil tersebut juga ditemukan parang, busur, dan anak panah beserta sejumlah dokumen organisasi TPN-OPM. http://regional.kompas.com/read/2014/06/25/2256418/Aparat.TNI-Polri.Tangkap.Penyuplai.Senjata.TPN-OPM.di.Jayapura

Kompas.com memberitakan, ketiga orang penumpang dalam perjalanan menuju Mamberamo Tengah dan diduga sebagai jaringan penyuplai senjata dan amunisi ke kelompok TPN-OPM (Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka).

Penangkapan ini memperkuat asumsi saya dalam tulisan sebelumnya bahwa kelompok TPN-OPM yang bermarkas di pedalaman Papua sedang punya rencana tertentu. Rencana itu ada kaitannya dengan dua peristiwa penting, yaitu dalam rangka 1 Juli yang biasanya mereka peringati sebagai HUT OPM dan 9 Juli 2014 (Pilpres).

Bukan yang pertama

Sebelum penangkapan ini, sudah ada penangkapan jaringan penyuplai senjata lainnya yang berhasil diringkus awal Mei 2014. Seorang pria berinital ‘YM’ ditangkap polisi di Pelabuhan Sorong pada 6 Mei lalu. Dari tangannya Polisi menyita satu pucuk senjata jenis AR 15, satu FN 46, satu revolver, dan tiga magasin, 22 butir amunisi, serta uang Rp80 juta.  “Ini akan dipasok ke kelompok kriminal di Pegunungan Papua,” kata Pudjo. (viva.co.id, 19 Mei 2014).

Hasil pemeriksaan Polda Papua terungkap YM membeli langsung senjata dan amunisi itu dari Filipina. Melalui jalur laut dari Manado, YM menyeberang ke Sanger, kemudian  naik speed boath selama 6 jam masuk ke Filipina Selatan. Setelah membeli senjata api dan amunisi, YM kembali masuk Indonesia melalui jalur laut dengan rute yang sama. Dari Manado, YM menuju Papua menggunakan Kapal Penumpang Lambelu dengan tujuan Nabire. Setelah tiba di Nabire, rencananya, YM akan menuju Pegunungan Papua untuk mendistribusikan senjata api dan amunisi. Demikian penjelasan Kombes Pudjo Sulistyo dari Polda Papua. http://regional.kompasiana.com/2014/05/23/darurat-penyelundupan-senjata-api-ke-puncak-jaya-papua-657347.html

Penangkapan terhadap penyelundup senjata api ke Papua pernah terjadi tanggal 24 Desember 2011. Seorang warga berinisial A alias N (26 thn) yang menumpang kapal Pelni dari Ambon, membawa senjata api yang akan diserahkan kepada seorang pembeli di Timika. Hasil pengintaian Polisi, tersangka A dibantu oleh LE (24). Keduanya hendak menjual senpi kepada JL alias P (36). Transaksi tersebut dilakukan dirumah AM (32). Dari keempat tersangka polisi menyita barang bukti berupa 2 pucuk senjata api rakitan, 1 pucuk senjata laras pendek dan satu pucuk laras panjang, serta 61 butir peluru. Atas keterangan tersangka, senjata tersebut dijual dengan harga Rp 10 juta. (detiknews.com, 19 Januari 2012).

Tahun sebelumnya (Juni 2010), Polda Papua juga berhasil menggagalkan pengiriman puluhan amunisi ke Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Amunisi berupa peluru kaliber 5,56 sebanyak 38 butir, amunisi AK-47 sebanyak tujuh butir, dan satu magazen yang terbungkus rapi dalam kardus amplifier itu dikirim menggunakan pesawat komersil Manunggal dari Jakarta ke Wamena, melalui Bandara Sentani Jayapura. Pengiriman amunisi yang diduga akan diselundupkan ke wilayah Puncak Jaya tersebut, ada kaitannya dengan serangkaian aksi penyerangan pos-pos keamanan di wilayah itu. Seperti penyerangan yang terjadi Senin (14/6/2010), kelompok bersenjata menyerang Pasukan Brimob yang sedang melakukan patroli rutin di Kampung Yambi, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya. Serangan itu menewaskan seorang anggota Brimob Kelapa Dua, Brigadir Satu Agus Suhendra. (Tempo.co, 23 Juni 2010).

Keterlibatan Pejabat di Daderah

Peristiwa-peristiwa tersebut hendaknya membuat aparat keamanan di Papua selalu waspada. Undang-undang kita jelas melarang warga sipil memiliki senjata secara ilegal. Apalagi kalau senjata dan amunisi itu berhasil tiba di tangan kelompok sipil di Puncak Jaya yang selama ini gemar melakukan penyerangan dan penembakan. Tentu akan ada korban yang mati sia-sia oleh aksi mereka, baik aparat keamanan maupun warga sipil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline