Lihat ke Halaman Asli

Haqi Malika

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Kisah Inspiratif Syahida Wanita Penjual Jenang Lot

Diperbarui: 10 Desember 2022   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc. Pribadi

Surakarta - Pemandangan  berbeda terlihat di Muktamar ke-48 Muhammadiyah yang berlangsung di Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (19/11). Terlihat seorang wanita yang tengah berdiri dengan semangat sembari menawarkan produknya ditengah keramaian para pengunjung Muktamar Fair. 

Wanita tersebut bernama Syahida, seorang mahasiswi jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Magelang yang berjualan makanan manis khas Magelang yaitu jenang lot. "Saya ingin turut berpartisipasi dalam acara Muktamar ke-48 Muhammdiyah dengan berjualan dagangan saya sendiri, serta memperkenalkan makanan khas Magelang kepada orang-orang", tutur Syahida saat diwawancarai pada Sabtu (19/11). Muktamar ke-48 Muhammadiyah memberikan dampak positif bagi sebagian besar masyarakat, khususnya para pelaku UMKM yang mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi di Muktamar Fair.

Di saat maraknya mahasiswa bergaya hidup mewah, masih ada mahasiswa yang ingin berjuang untuk mebiayai hidupnya sendiri daripada memberatkan beban orang tuanya. Bahkan, Syahida tidak tergoda sama sekali dengan teman-temannya yang memiliki gaya hidup serba mewah.

Di tengah perkembangan zaman saat ini, Syahida memanfaatkan teknologi untuk menjual jenang lot miliknya secara online  dan bekerjasama dengan beberapa toko oleh-oleh di Magelang. Tentunya hal ini membuahkan hasil. Tak hanya berjualan jenang lot, Syahida juga menjual berbagai macam pakaian untuk wanita melalui media sosial. Pendapatan yang ia dapatkan dari usahanya tersebut, ia tabungkan untuk membiayai hidupnya beserta keluarga sehari-hari.

Syahida merupakan mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Magelang, ia berjualan di tengah kesibukannya menjalani pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Ia mengaku berjualan jenang lot sama sekali tidak menggangu perkuliahannya. Tugas selalu ia kerjakan disela-sela waktunya berjualan. "Biasanya saya meluangkan dan membagi waktu. Ada waktunya berjualan dan ada waktunya  mengerjakan tugas-tugas kuliah", ujar mahasiswa yang akrab disapa Syasya ini.

Syasya sudah menjalani hidupnya dengan berjualan sejak ia SMP. Saat itu ia ikut membantu ibunya berjualan jenang lot demi bertahan hidup setelah ditinggal wafat bapaknya. Ketika bapaknya masih hidup, Syahida berkehidupan menengah ke atas. "Ya namanya juga hidup, terkadang kita harus siap menjalani seberapa besar rintangan yang ada meskipun itu berat. Tidak ada pilihan lain selain berjuang", tuturnya. 

Saat ia lulus SMP dan ingin melanjutkan pendidikan ke SMA, Syahida terkendala biaya karena ibunya jatuh sakit dan tidak bisa memproduksi jenang lot. Ia terpaksa menunda harapannya dan mencari cara agar bisa mendapatkan uang untuk biaya sekolahnya. Berbagai cara ia lakukan seperti menjadi buruh harian, tukang cuci motor, dan membersihkan rumah tetangga demi mendapatkan uang untuk melanjutkan sekolah.

Memang hal yang tak mudah bagi seorang anak perempuan yang ditinggalkan bapaknya dan bercita-cita menjadi dokter. Ia harus rela memendam dua tahun cita-citanya, demi mendapatkan kesempatan serta waktu yang tepat untuk melanjutkan pendidikan. Hingga pada akhirnya ia mendapatan kesempatan beasiswa, Syasya bisa melanjutkan impiannya untuk sekolah ke SMA. Walau mungkin umurnya sudah bukan selayaknya baru menduduki bangku SMA, tetapi ia tetap bersyukur dalam menjalaninya. Saat ia SMA,  ibunya yang syakit syukurnya membaik. Saat itulah Syahida belajar cara membuat jenang lot kepada ibunya. Hingga akhirnya usaha jenang lot miliknya membuahkan hasil.

Di kala SMA, Syahida bercita-cita untuk berkuliah di Universitas Gadjah Mada. Harapannya harus terkubur kesekian kalinya, karena ibunya jatuh sakit kembali dan ia tidak tega untuk meninggalkan ibu beserta adiknya. Syahida merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Akhirnya dengan berat hati, ia memutuskan untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Magelang aar dekat dengan tempat tinggalnya.

Walaupun menikmati berkuliah sambil berjualan, Syahida mengaku sempat ingin menyerah. Ada kalanya jerih payahnya tidak membuahkan hasil juga banyak hinaan serta cacian dari orang sekitar yang terlontar kepadanya. Keinginannya untuk bisa membiayai hidupnya dan beserta mensejahterakan keluarganya mengalahkan segala hinaan dan cacian. Semua itu ia balas dengan pembuktian. "Saya pernah dihina tidak akan bisa menjadi orang sukses karena hanya jualan jenang lot saja. Pernah juga hinaan itu terlontar dari teman SMA, karena umur saya yang tidak seperti kebanyakan anak SMA saat itu", ujarnya sambil berkaca-kaca.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline