Lihat ke Halaman Asli

Haputra Stywn

Mahasiswa stikes mitra keluarga

Hubungan Karakteristik Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah pada Lanjut Usia (Hipertensi)

Diperbarui: 23 Juli 2024   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kemunduran dan perubahan sistem pencernaan menyebabkan lansia mengalami gangguan kesehatan saat mengukur indeks massa tubuh (IMT) karena mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Hal ini dapat mencegah lansia terkena hipertensi. 

Seiring bertambahnya usia, organ tubuh lanjut usia (lansia) dapat mengalami berbagai perubahan, seperti penurunan kemampuan regenerasi sel, penurunan kemampuan untuk melindungi diri dari infeksi, dan peningkatan risiko penyakit. Tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum di kalangan orang tua. Hipertensi disebut sebagai pembunuh diam-diam atau pembunuh tanpa kata-kata karena penyakit ini seringkali tidak menunjukkan gejala. Pada orang tua, proses metabolisme mengalami penurunan, yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam tubuh yang menyebabkan kalori berlebih dan lemak. Jumlah darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh meningkat seiring dengan massa tubuh.

Perubahan indeks massa tubuh (IMT) adalah salah satu efek penuaan yang disebabkan oleh masalah status gizi, yang dipengaruhi oleh peningkatan asupan kalori, penurunan aktivitas fisik, dan status sosial ekonomi. Jika proses metabolisme menurun dan tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas fisik atau penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi, maka kalori yang berlebihan akan diubah menjadi lemak yang menimbulkan.

Dibutuhkan peningkatan aktivitas fisik dan kebiasaan makan yang sehat untuk membantu orang tua tetap sehat dan menghindari perubahan IMT yang menyebabkan peningkatan tekanan darah pada orang tua.Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana karakteristik dan IMT berkorelasi dengan tekanan darah pada orang lanjut usia di Posbindu Lanjut.

Hipertensi normal, menurut American Society of Hypertension (ASH), adalah tekanan darah sistolik di bawah 120 mmHg dan tekanan darah diastolik di bawah 80 mmHg (Kemenkes RI, 2019). Hipertensi adalah salah satu faktor risiko penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan benar (Hossain et al., 2019).

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh kelebihan berat badan. Studi Framingham menemukan bahwa peningkatan 15% berat badan dapat menyebabkan peningkatan tekanan sistolik sebesar 18%. Orang yang kelebihan berat badan dikategorikan sebagai overweight, dan mereka yang memiliki peningkatan berat badan 20% memiliki resiko delapan kali lipat untuk mengalami hipertensi (Nurmalina dan Valley, 2011). Menurut (Herdiani, 2019), IMT memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah kasus hipertensi. Dibandingkan dengan IMT dalam rentang normal, IMT yang berlebihan dikaitkan dengan faktor risiko hipertensi yang lebih tinggi.Berdasarkan data di atas, tekanan darah rata-rata responden adalah hipertensi tipe 1, dengan tekanan darah sistolik 136,18 dan tekanan darah diastolik 85,36. Menurut American Society of Hypertension (ASH), tekanan darah sistolik yang normal adalah di bawah 120 mmHg dan tekanan darah diastolik adalah di bawah 80 mmHg (Kemenkes RI, 2019). Menurut Hossain et al. (2019), tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular yang dapat menyebabkan kematian dan mempengaruhi sepertiga populasi global.

IMT adalah penyebab tekanan darah tinggi (Leokuna & Malinti, 2020). Hipertensi dan obesitas memerlukan penurunan berat badan. Hal ini meningkatkan profil lipid, dapat menghentikan hipertrofi ventrikel, mengurangi risiko diabetes, dan meningkatkan kualitas hidup pasien (Darmawati, 2015).Penanganan hipertensi dapat mencakup perubahan gaya hidup, yang mencakup perubahan pola makan, peningkatan aktivitas fisik, pengurangan asupan garam, dan penurunan berat badan (Abdul Rivai et al., 2021). 

Hipertensi dapat disebabkan oleh obesitas melalui berbagai mekanisme, seperti peningkatan sistem simpatis, gangguan pompa natrium, aktivasi sistem renin-angiotensin aldosterone (Sistem RAA), dan lesi aterosklerosis (Kumar, 2007). Pada kondisi ini, sistem RAA awalnya berfungsi sebagai mekanisme perlindungan jika terjadi penurunan aliran darah, dan kemudian menjadi lebih aktif (Hall et al., 2015). Pada penderita obesitas dengan hipertensi, distribusi asam lemak bebas yang tidak normal dapat menyebabkan sensitivitas -adrenergik yang lebih tinggi pada endotel, yang menyebabkan respons simpatis yang lebih besar. Karena asam lemak bebas menghentikan pompa natrium, kalium, dan ATPase, kontraksi otot polos pada endotel dan

Obesitas, genetika, diet tinggi natrium, umur, olahraga, dan peningkatan konsumsi alkohol adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hubungan antara obesitas dan hipertensi telah lama diketahui, tetapi mekanisme yang menyebabkan obesitas menyebabkan hipertensi masih belum jelas. Sebagian peneliti menekankan patofisiologi pada tiga hal utama: gangguan sistem otonom, resistensi insulin, dan abnormalitas struktur dan fungsi pembuluh darah. Hipertensi, yang disebabkan oleh obesitas, merupakan masalah yang kompleks karena penyebabnya banyak dan saling berhubungan. Konstriksi dan aktivitas sistem saraf simpatis disebabkan oleh leptin, asam lemak bebas, dan insulin, serta obstructive sleep apnea yang meningkat pada anak obes. Vasokonstriksi juga disebabkan oleh resistensi insulin dan disfungsional endothelial. Peningkatan fungsi saraf simpatis ginjal, resistensi insulin, dan hiperaktivitas

Sedangkan Visaria dan Lo (2020) di India menunjukkan bahwa IMT memiliki hubungan yang kuat dengan terjadinya hipertensi diastolic terisolasi jika dibandingkan dengan seseorang yang memiliki IMT rendah/normal. Seseorang dengan IMT yang tinggi maka anak meningkatkan kadar trigliserida dalam darahnya. Kadar trigliserida yang tinggi berhubungan dengan disfungsi endotel awal, yang kemudian dapat menyebabkan penurunan vasodilatasi dalam pembuluh perifer, peningkatan nada miogenik, renovasi arteri kecil dan peningkatan resistensi perifer yang menyebabkan terjadinya hipertensi diastolic terisolasi. 

Selain itu, tingginya rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP) diidentifikasi sebagai faktor risiko untuk dislipidemia, hipertensi, kondisi kardiovaskular (CVD), dan diabetes mellitus dibandingkan dengan IMT. Untuk mengukur RLPP, lingkar pinggang dibagi dengan lingkar panggul, dan rasionya dibandingkan dengan standar WHO (beresiko: lebih dari 0,90 untuk pria dan lebih dari 0,85 untuk wanita)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline