Lihat ke Halaman Asli

Riana Kanthi Hapsari

Food Tech Alumni :)

Berbagai Jenis Plastik Kemasan Produk Pangan dan Bahayanya

Diperbarui: 4 April 2017   17:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-harisepertinya masih belum dapat dihindari. Kantong tas belanja, wadah makanan, kemasan makanan, casing alat elektronik,alat-alat masak, furnitur, dan lainnya menggunakan plastik sebagai bahan utama. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat plastik memiliki kelebihan dibandingbahan atau komponen lain. Plastik memiliki densitas yangrelatif rendah yakni 0,9 sampai 1,4 gr/cm3 dimana akan memiliki massa yang lebih kecil pada volume yang sama dibandingkan dengan bahan lain. Plastik kantong belanja menggunakan energi 40 % lebih rendah dan menempati volume 80 % lebih kecil dari kertas.

Plastik berasal dari bahasa Yunani, “plastikos” yang berarti sesuatu yang mudah dibentuk. Plastik sebagai kemasan pangan memenuhi fungsi yakni sebagai barrier, terutama untuk gasdan cahaya. Dengan mengurangi paparan gas seperti O2,maka pertumbuhan mikroorganisme perusak makanan dapat ditekan. Selain itu paparan cahaya yang dapat memicu reaksi kerusakan lemak dan pemudaran pigmen/warna makanan dapat dihindari.

Ditinjau dari segi ekonomi, kemasan pangan harus memenuhi prinsip bahwa total biaya produksi (cost) dari kemasan harus lebih kecil dari kegunaan yang diberikan (benefit) dan nilainya (added value). Hal ini terkait dengan kemasan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan laba perusahaan.

Pada masa sekarang, kemasanjenis plastik yang paling umum digunakan adalah dari jenis PET untuk produk-produk botol air minum dalam kemasan (AMDK).PET atau polietilen tereftalat dengan kode1 ini pemakaiannya hanya boleh satu kali karena saat pemakaian yang kedua kali dan seterusnya, apalagi bila digunakan untuk menyimpan air panas,lapisan polimer pada botol akan meleleh dan mengeluarkan zat yang bersifat karsinogenik (menyebabkan penyakit kanker).Selain itu selama penyimpanan, PET dapat melepas zat antimon trioksida (SbO3). Antimon trioksida merupakan zat berbahaya yang dapat menyebabkan iritasi kulit, iritasi saluran pernapasan, dan untuk jangka panjang dapat menyebabkan kanker.

HDPE (high density polietilen) dengan kode 2 dan LDPE (low density polietilen) dengan kode 4 merupakan jenis plastik lainnya yang juga sering digunakan. Perbedaan keduanya terletak pada susunan kristal dan densitasnya. Karakteristik HDPE lebih kuat dari LDPE karena memiliki daerah kristal yang lebih banyak. Selain itu, plastik HDPE memiliki struktur yang lebih tertutup dan rantai polimer yang lebih rapat dengan rantai cabang yang lebih sedikit sehingga densitasnya lebih tinggi. Hal inilah yang membuatnya disebut dengan “high density” polietilen, sedangkan LDPE dengan rantai polimer yang tidak terlalu rapat (volume lebih besar) disebut sebagai “low density” polietilen.

Plastik jenis HDPE hanya dapat digunakan untuk sekali pemakaian karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu juga pelepasan senyawa dari penggunaan bahan pelembut (plastisizer) seperti DEHA. DEHA mempunyai aktivitas mirip dengan hormon estrogen sehingga dapat mengacaukan sistem hormon alami.

Perbedaan karakteristik HDPE dan LDPE juga berpengaruh pada aplikasinya sebagai kemasan bahan pangan. HDPE digunakan sebagai wadah yang sifatnya lebih kokoh seperti pada botol-botol minuman susu UHT, jus dan sebagainya, sedangkan LDPE dengan strukturnya yang tidak sekokoh HDPE digunakan pada botol lunak yang dpt ditekan seperti botol saus sambal dan kecap.

Kedua jenis plastik ini umumnya berasal dari minyak bumi namun sekarang lebih banyak dilakukan sintesis untuk produksinya dimana dilakukan dengan teknik-teknik yang cukup umum dalam pembuatan berbagai jenis plastik yakni teknik polimerisasi, laminasi, serta moulding dengan injeksi, ekstrusi, atau dengan blow.

Polipropilen (PP) dengan kode 5 adalah jenis plastik yang digunakan sebagai wadah atau kemasan food grade produk-produk makanan.Berbeda dengan PET, jenis plastik ini lebih aman dan dapat digunakan lebih dari sekali, contohnya yang digunakan pada wadah makanan merk Tupperware dan Lock & Lock.PP juga digunakan pada kemasan produk-produk makanan olahan hasil industri seperti biskuit, cookies, chips, wafer, juga lazim diaplikasikan untuk kemasan retort pouch dan boil bag. Kemasan laminasi yang sering digunakan industri pangan saat ini tidak hanya kombinasi antara berbagai macam plastik semisal PP saja, melainkan kombinasi plastik dengan aluminium. Kemasan seperti ini disebut metallized plastic. Metallized plastic bersifat tidak meneruskan cahaya, menghambat masuknya oksigen, menahan bau, memberikan efek mengkilap, dan mampu menahan gas. Untuk memperbaiki sifat-sifatnya, PP dapat dimodifikasi menjadi OPP (Oriented Polypropilene), dimana dalam pembuatannya ditarik ke satu arah. OPP mempunyai sifat tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap asam kuat, basa, dan minyak. OPP memiliki karakteristik WVTR (water vapor transmission rate) cukup rendah dimana sirkulasi uap air akan terbatas sehingga baik untuk menjaga kualitas produk selama penyimpanan. Meskipun begitu, PP bukanlah jenis plastik tanpa cela. Penggunaan PP pada produk air minum dalam kemasan gelas 350 ml disebut-sebut dapat memunculkan bau dan rasa aneh yang dihubungkan dengan proses ozonisasi. Saat proses ozonisasi produk air minum dalam kemasan dimungkinkan terjadi migrasi monomer seperti heksanal, heptanal, dan oktanal yang memberi bau dan rasa yang kurang menyenangkan.

Kode nomor 6 menunjuk pada polistirena atau biasa disebut dengan nama dagangnya, styrofoam. Styrofoam atau polistirena mengandung 95 % udara sehingga baik digunakan untuk keperluan insulasi. Plastik jenis ini menduduki tempat kedua paling tidak ramah lingkungan karena sangat sulit didaur ulang. Selain itu, polistirena dapat melepas monomer-monomer stirena yang menganggu kerja sistem hormon dan sistem syaraf manusia. Sesuai dengan keputusan BPOM tanggal 20 Agustus 2007tentang bahan kemasan pangan menyebutkan bahwa batas maksimal stirena adalah 10000 ppm (lihat: http://nugrahaedhi.staff.ipb.ac.id/files/2010/07/SK-Draft-koreksi-Kabadan-september-2007.pdf)

Polivinil klorida (PVC) menjadi jenis plastik nomor 1 paling kuat, tahan terhadap cuaca, dan tahan terhadap bahan kimia namun di saat yang sama juga menjadi plastik paling tidak ramah lingkungan. Meskipun lebih banyak yang mengetahui aplikasi PVC sebagai plastik untuk pipa, PVC ternyata juga merupakan plastik yang digunakan pada bungkus makanan transparan seperti pada produk-produk permen dan regulasinya diatur dalamSNI 06-0182-2004tentang film PVC untuk kemasan kembang gula.

Karena mengandung klorin, bila terpapar panas PVC akan membentuk salah satu klorida yakni dioksin. Secara umum dioksin terbentuk pada waktu terjadinya pembakaran senyawa yang berbasis klorin dengan hidrokarbon. Dioksin bersifat larut dalam lemak, dan berpotensi terakumulasi dalam pangan dengan kandungan kadar lemak relatif tinggi. Dioksin menganggu kesehatan karena bersifat teratogenik (dapat menular dari ibu ke bayi yang dikandungnya).

Pada pembuatan PVC umumnya ditambahkan suatu senyawa inhibitor yakni bisfenol A (BPA). BPA sayangnya juga merupakan suatu zat berbahaya yang menyebabkan kelainan dan gangguan syaraf, hormon, dan juga bersifat karsinogen. BPA mudah ditemukan pada jenis plastik polikarbonat (PC) dimana jenis plastik ini dahulu sering digunakan sebagai bahan pembuat botol bayi namun karena isu kesehatan, penggunaannya sudah dilarang (lihat:http://hapsaririana.wordpress.com/2013/10/10/kesadaran-terhadap-paparan-bisphenol-a-bisphenol-a-awareness/).

Jenis plastik lain, yang tidak masuk ke dalam 6 klasifikasi sebelumnya, digolongkan pada “other” dengan kode nomor 7. Ada beberapa jenis plastik berupa campuran resin yang termasuk golongan ini yakni akrilonitril stirena (SAN) untuk plastik wadah blender dan cawan petri, kemudian akrilonitril butadiena (ABS) untuk casing alat-alat elektronik, dan polikarbonat (PC) untuk botol susu bayi.

Referensi:

Beranda Pusarpedal volume 3 edisi januari-April 2011. ISSN 2086-2202

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline