Lihat ke Halaman Asli

Tanpa Operasi & Ketergantungan Obat, Mungkinkah?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Dewi (35), kakak ipar saya, mengalami luka di telapak kaki kanannya. Luka tersebut semakin parah dan tak kunjung sembuh. Setelah periksa darah, rupanya ia mengidap diabetes. Menurut dokter spesialis penyakit dalam, ia harus segera dirawat di rumah sakit. Ia pun masuk rumah sakit mengikuti kemauan sebagian besar saudaranya.

Setelah seminggu diinsulin, meminum berbagai macam obat paten di rumah sakit dan menjalani diet, gula darahnya tak kunjung stabil. Lukanya pun tak kunjung sembuh sehingga jari tengah kaki kanannya harus diamputasi. Dengan berat hati, sang suami menandatangani surat persetujuan operasi. Amputasi pun dijalankan dengan biaya sekitar Rp 20 juta di rumah sakit swasta dimana Dewi dirawat.

Dewi masih di rumah sakit setelah amputasi. Selain terus menjalani terapi insulin, meminum obat-obatan paten dan diet, ia juga mengikuti rekomendasi dokter untuk menjalani terapi hiperbarik oksigen (dikenal dengan sebutan HBO atau OHB) di RSAL Mintoharjo. Namun gula darahnya tidak juga stabil dan lukanya tak kunjung sembuh juga. Dokter spesialis tak bisa memberikan kepastian sampai berapa lama lagi Dewi harus menjalani semua jenis perawatan itu hingga Dewi bisa kembali beraktivitas normal.

Janji Tuhan

Luka, operasi, diet, ketegantungan obat, dan check-up berkala adalah rangkaian umum yang dialami oleh penderita diabetes. Begitu juga yang dialami oleh penderita penyakit dalam lainnya seperti ginjal, jantung dan kanker.

"Kita hanya bisa pasrah. Semua kesembuhan itu atas izin Allah. Kita hanya bisa terus berusaha dan berdoa."

Demikian kata ibu saya kepada abang saya dan istrinya. Kata-kata serupa juga yang sering saya dengar dari dokter dan keluarga orang-orang yang sakit keras.

"Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia telah menurunkan pula obatnya, diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang jahil akan hal itu."

Itulah hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad. Saya meyakini itu adalah janji Tuhan kepada manusia melalui Utusan-Nya. Tapi, maaf, saya tidak yakin para dokter medis modern di rumah sakit dimana kakak ipar saya dirawat tergolong "orang yang mengetahuinya".

Pasrah, saya setuju. Berusaha dan berdoa, saya setuju. Namun benarkah ketergantungan obat dan terapi yang memerlukan biaya jutaan rupiah itu disebut 'berusaha'? Apa betul manusia harus bergantung pada korporasi farmasi dan industri rumah sakit saat berusaha untuk sembuh?

Pengobatan Modern vs Alternatif

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline