Lihat ke Halaman Asli

Catatan Perjalanan dari Vietnam (IV)

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

akhir dari perjalanan...

melalui jalur mendaki dan menurun, melewati jalan berbatu kecil, jalan setapak yang dibentuk menjadi tangga-tangga, dan tentunya tangga batu itu sendiri. Aku tidak menghitung jumlahnya, tapi mendengar jumlah ratusan, aku percaya :D. Pada festival Tet tempat ini sangat ramai sekali, luar biasa ramai, sehingga untuk mencapai kuil utama ini dapat mencapai 3-4 jam ( kami mencapai dalam waktu 30 menit ). Di sisi kiri dan kanan jalan menuju kuil-kuil dipenuhi oleh banyak pedagang. Mereka menjual pernak-pernik persembahan dan sembahyang, selain juga ada yang menjual kelapa muda. Oh iya disini juga ada yang menjual kura-kura hidup untuk dipakai sebagai Fang Sheng ( melepaskan makhluk hidup, dengan tujuan memberikan kebebasan hidup ).

Gua tempat letak kuil utama ini terasa sejuk dan dingin. Di depan disambut dengan satu batu besar yang di hadapannya terhampar meja persembahan. Di belakang batu besar ini ada jalan setapak lebih jauh kedalam gua. Aku tidak masuk lebih jauh lagi, tapi di dalam sana terdapat patung Budha.

Sepanjang perjalanan Perfume Pagoda ini, bahasa Inggris relatif tidak bisa dipakai, karena penduduk setempat benar-benar tidak mengerti sama sekali. Apabila anda bepergian sendirian, hapalkanlah nama minuman dan makanan, karena anda akan membutuhkannya.

Kami juga sempat mengunjungi beberapa kuil lainnya di sepanjang jalan pulang menuju tempat sampan. Kuil-kuil ini sedikit mengingatkanku akan kota Semarang.

Sekembalinya dari Hanoi, aku sempat berkunjung ke mall setempat ditemani oleh beberapa orang komunitas orang Indonesia yang berada di Ho Chi Minh. Kami bertemu di Gereja Notre-Dame Basilica yang terletak disimpang jalan besar dan berhadapan dengan Kantor Pos Utama Ho Chi Minh.

Di dalam kantor pos ini terpampang foto Paman Ho, bapak bangsa Vietnam ( seperti Bung Karno yang dihormati sebagai pemersatu negara ) pada latar belakangnya. Suasananya mirip dengan peron kereta api ( dalam imajinasi ku tergambar demikian, entah mengapa terasa seperti peron kereta api bawah tanah tempat Harry Potter pertama kali diajak oleh ayahnya Ron mengunjungi ministry of magic ).

Di tengah-tengah persimpangan ini seperti sebuah alun-alun besar dengan tamannya ( ya di kota Ho Chi Minh ini banyak kujumpai taman, alangkah menyenangkan jika Jakarta juga mempunyai taman yg sama banyaknya ) dan ini banyak dipakai sebagai tempat foto pre-wedding ( waktu aku berkunjung kesana, kulihat ada 3 pasang, lengkap dengan jas dan gaunnya, padahal aku saja merasa begitu panas dengan pakaian tshirt biasa :P ).Oh ya mengenai taman ini, aku mengunjungi beberapa buah taman yang tersebar di sekitar tempatku menginap, dan taman-taman ini pagi hari banyak dipakai untuk aktivitas olahraga ( pastinya ), siang hari banyak yang mengaso disana, malam hari pun banyak yang bermain permainan setempat ( seperti sepak takraw, tapi memakai semacam

buntelan seperti shuttlecock ). Dan satu yang kuperhatikan berbeda dengan Jakarta adalah peminta-minta. Di sepanjang perjalanan, tak pernah kutemui satu pun peminta-minta, mereka semua bekerja, dari penjaja pernak-pernik, penjaja minuman. Mereka semua berusaha, dengan warung, dengan kios, dengan pikulan, dengan gelaran, dan lain-lain. Aku tak pernah bertanya dan menyelediki perihal apakah ada inisiatif pemerintah dalam membantu mereka berusaha, tapi yang menjadi kesan terdalam bagi ku adalah mereka semua berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran mereka, tidak terbersit semangat menunggu dan meminta belas kasihan. Sebenarnya masih banyak sekali yang belum diceritakan dan belom sempat terdokumentasi, ini akan menjadi dasar untuk bahan tulisan selanjutnya ( belom ditentukan waktunya :D ). Untuk sekarang cukup sekian dulu!

@easternlight.hanzpk.com

I AM Shaumbra

Didirikan oleh Perancis antara tahun1863-1880, mempunyai dua menara lonceng dengan tinggi 58 meter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline