Lihat ke Halaman Asli

Catatan Perjalanan dari Vietnam (II)

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mari kita lanjutkan perjalanan kita....

Dua hari pertama dilalui dengan berpergian bersama seorang teman, warga vietnam, mengunjungi kafe yang menyajikan live music dengan penyanyi lokal maupun penyanyi dari luar vietnam ( untuk pertama kalinya mendengar penyanyi dari kamboja, oh warna lagunya mirip sekali dengan lagu-lagu yang biasa kudengar pada saat masih kecil dahulu ), mencicipi tempat makan favorit anak muda setempat, mencoba sejenis shabu-shabu dengan ikan air tawar, yaitu ikan kekeu ( aku tidak berhasil menemukan referensinya di internet. Bentuknya mirip dengan ikan seluang dari kota asalku, palembang ).

Oh ya selama perjalanan di Vietnam ini, ada beberapa kali kejadian menarik yang terulang, kesalahan identifikasi. Rupanya warga setempat salah mengidentifikasikanku warga vietnam dan acap kali diajak berbicara bahasa vietnam, seakan warga setempat. Aku hanya bisa tersenyum dan mengangkat tangan, ”Sorry, I am not vietnamese”. Ada satu yang paling kuingat, waktu itu aku sedang berjalan mencari kudapan sore di sekitar Hanoi. Aku berjalan kaki melewati ruko-ruko kecil, terlihat bangku-bangku plastik kecil, kira-kira ½ dari tinggi bangku baso. Karena tertarik melihatnya ( di Saigon tidak kujumpai bangku-bangku kecil ini ), langsung aja kumasuk ke salah satu ruko yang terletak di sudut jalan. Ternyata tempat ini menjual Phò, yaitu makanan favorit warga vietnam yang berupa mie beras yang halus dengan kuah gurih dengan banyak taoge dan daun bawang serta sejenis daun yang tidak kukenal namanya ( sangat menyegarkan! Ditambah lagi dengan chanh-jeruk limau ). Terjadi dialog yang menarik, yang tentunya diawali dengan salah identifikasi tersebut. Untung yang menjaga toko bisa sedikit ( sangat sedikit ) berbahasa Inggris. Dengan dicampur bahasa tarzan, berhasillah dipesanPhò polos plus telur ½ matang. Sambil menyeruput Phò, kami terus berbincang ( tentunya dengan permainan silat bahasa tarzan) dan sang penjaga toko masih tidak percaya kalau aku bukan orang vietnam. Kukatakan saja bahwa aku adalah orang vietnam, asalkan tidak berbicara ( hahahaha ).

Aku berada di Hanoi selama 4 hari dan sempat mengunjungi Halong Bay serta Perfume Pagoda. Karena tidak mau membuang waktu, aku ikut dalam tour lokal ke dua tempat tersebut. Di Hanoi aku menginap di Hanoi Backpackers Hotel. Tour ke Halong juga kupesan dari hotel ini. Perjalanan dari hotel menuju pelabuhan Halong memakan waktu sekitar 4-5 jam, kemudian dari pelabuhan menggunakan kapal kayu yang mempunyai 3 lantai ( dari pelabuhan menuju kapal kayu menggunakan sejenis perahu dengan muatan sekitar 20 orang. Perjalanan menuju ke tengah-tengah teluk memakan waktu sekitar 1 jam. Cuaca bulan itu sangat terik, bisa mencapai 36-38 derajat celcius ( ketika kutanya dengan orang vietnam, ini adalah juga merupakan anomali, merupakan cuaca terpanas dalam beberapa tahun ). Sebagai catatan, siklus air yang menyebabkan anomali cuaca ini. Panas dari inti bumi memanasi lautan, dan kemudian lautan melepaskan panasnya ke udara.

85% Penduduk Vietnam ber-etnis sino, tahun 1100 beremigrasi dari daratan china. Yg menjelaskan kesalahan identifikasi yg kualami.

Ibukota Vietnam, menggantikan Saigon, setelah terjadi Reunifikasi.

Dipopulerkan oleh China, pertama kali muncul tahun 206 BC- 220 AD pada masa dinasti Han

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline