Lihat ke Halaman Asli

Hanz Armand

Blogger - Undergraduate Student - Universitas Airlangga

"Penduduk dan Hubungan Antar Etnis di Kota Surabaya pada Masa Kolonial" karya Prof. Purnawan Basundoro: Review Artikel

Diperbarui: 16 Mei 2022   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara keseluruhan, artikel ini membahas mengenai sejarah perkotaan di Indonesia, tepatnya kota Surabaya. 

Sejarah perkotaan juga menjadi keahlian yang dimiliki oleh Prof. Purnawan Basundoro sebagai penulis artikel tersebut. Di artikel ini akan mendiskusikan tentang penduduk dan juga relasi antar etnis di kota Surabaya pada zaman kolonial Belanda, dimana di periode tersebut diketahui apabila kota Surabaya sudah mulai menjadi salah satu kota besar dan metropolitan yang ada di Hindia belanda. 

Melalui aspek itu, maka penduduk Suraba bisa dikatakan amat beragam yang tergolong menjadi berbagai etnis. Dalam tulisan karya Prof. Purnawan Basundoro ini berusaha untuk menjabarkan etnis apa saja yang menempati daerah kota Surabaya di periode kolonial Hindia Belanda serta juga bagaimana relasi antar etnis yang bersangkutan di periode kolonial.

Dengan total jumlah halaman sebanyak 13 halaman, artikel karya Prof. Purnawan Basunodoro ini mempunyai 2 topik pembahasan yang bernilai krusial didalamnya, topik tersebut meliputi keberagaman penduduk Surabaya dan relasi antar etnis di kota Surabaya. 

Di bagian awal buku yang bertepatan dengan bab pendahuluan, dijelaskan tentang perkembangan kota Surabaya yang telah menjadi salah satu kota besar dan metropolitan di periode itu di daerah Hindia Belanda, dimana tentunya aspek ini berkaitan erat dengan kontribusi politik kota itu (ditetapkan sebagai kota otonom/gemeente semenjak tahun 1906), 

kontribusi ekonomi (pusat perdagangan dan industri utama di Jawa bagian timur), serta peran sosial (kota dengan penduduk yang sangat heterogen). Ketiga peran itu sudah memengaruhi kota Surabaya hingga menjadi kota utama, tidak hanya melalui segi kuantitas (wilayah luas, jumlah penduduk banyak, volume berdagangan besar), namun juga melalui segi kualitas.

Melalui artikel ini, dijelaskan pembahasan awal tentang keberagaman penduduk Surabaya. Dalam bab ini, penjelasan dijabarkan secara detail apabila Surabaya di periode kolonial mempunyai keberagaman penduduk dan etnis suku yang amat beragam. 

Hal ini terlihat melalui penduduk Kota Surabaya yang terdiri dari berbagai etnis dan suku dari luar Hindia Belanda ataupun suku lokal bagi masyarakat pribumi. Biasanya, etnis terbesar dari penduduk Kota Surabaya merupakan orang Jawa.

 Pemerintah kolonial tidak pernah menggolongkan orang Jawa sebagai golongan etnis tersendiri, namun menjadi satu kesatuan dari golongan penduduk yang disebut Inheemschan dan secara politis dijuluki sebagai Inlander (Bumiputera atau Pribumi).

Dalam hal kebudayaan, sebagian besar penduduk Bumiputera di Kota Surabaya adalah orang Jawa dan sebagian orang Madura. Golongan etnis lain merupakan sebagian kecilnya. Diketahui jika mereka terdiri dari orang-orang yang lahir di kota itu dan para pendatang dari berbagai kabupaten di sekitar Kota Surabaya. 

Kemudian ada etnis pribumi lainnya yakni suku Bali dan Lombok di Kota Surabaya, dimana besar kemungkinannya suku ini datang berkaitan dengan perdagangan budak yang terjadi pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline