Lihat ke Halaman Asli

Malpraktik Dunia Pendidikan

Diperbarui: 16 Maret 2020   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh: Hany Safitri

Pemberian obat  atau pun injeksi yang tidak tepat oleh dokter kepada pasien dapat dikategorikan sebagai malpraktik dalam dunia kedokteran. Malpraktik dapat diartikan sebagai praktik kedokteran yang ‘beralih fungsi’  menyalahi undang-undang atau pun kode etik kedokteran. Efeknya tentu saja sangat berbahaya bagi si pasien. Beberapa kasus yang telah terjadi di Indonesia bahkan sampai berujung maut. 

Bagaimana dengan dunia pendidikan? Tak dapat dipungkiri malpraktik juga datang menyapanya. Malpraktek dalam dunia pendidikan dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu dengan pemberian pemahaman yang salah dan perlakuan yang tidak sesuai dengan etika profesi keguruan kepada peserta didik.

Dapat dicontohkan dengan ilustrasi seperti ini:

Terdapat seorang guru mengajar di kelas yang beranggotakan 40 orang, jika guru tersebut memberikan pemahaman/doktrin yang salah dan siswa yang berada di dalam kelas tersebut percaya dan meyakini apa yang dikatakan guru tersebut maka siswa tersebut juga memiliki pemahaman yang salah. Dan apabila dari keempat puluh siswa tersebut menjadi guru dan menjelaskan pemahaman yang salah kepada siswanya maka siklus tersebut akan terus berulang berujung kesesatan.

Berbeda dengan malpraktik dunia kedokteran yang kebanyakan akan merugikan satu pasien saja, malpraktik dalam dunia pendidikan dapat merugikan banyak orang dan berulang membentuk siklus. 

Apakah ada cara meminimalisasi malpraktik dalam dunia pendidikan? Tentu saja.

Yang pertama, sebagai calon tenaga kependidikan, kita harus meneguhkan hati dan pikiran kita agar selalu bertindak sesuai Undang-undang dan kode etik profesi keguruan. 

Yang kedua, kita harus selalu meningkatkan kemampuan atau potensi yang kita miliki dengan memperbanyak bacaan guna memperdalam pengetahuan kita dan menulis apa yang telah kita pelajari sebagai bahan kajian untuk masa depan. 

Prof. Dr. Phil. Al Makin, S. Ag. M. A. Menuturkan dalam pidato pengukuhan guru besarnya bahwa bangsa kita pengagum buku-buku dan artikel-artikel bermutu, tetapi ternyata bangsa kita juga lebih suka menulis singkat, ringan, tanpa penelitian dan menjadi terkenal secara instan.

Penuturan beliau seakan menjadi jawaban akan pertanyaan tentang malpraktik dalam dunia pendidikan. Secara tersirat juga beliau menganjurkan kita untuk memperbaiki mutu dan keseriusan kita dalam mencari ilmu pengetahuan agar kita bisa memberikan pemahaman dan bertindak sesuai hati nurani dengan sebenar-benarnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline