Lihat ke Halaman Asli

Bincang Sastra Perspektif Habiburrahman El Shirazy

Diperbarui: 9 Maret 2020   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bincang Sastra Perspektif Habiburrahman El Shirazy

Oleh: Hany Safitri

‘Kang Abik’ merupakan sapaan akrab dari Habiburrahman El Shirazy. Dengan belajar dari makna surat Al-Alaq yang sangat intens kaitannya dengan menulis, Kang Abik menjelaskan bahwa  Allah memberikan pengajaran pada manusia dengan perantara membaca dan menulis. Diharapkan dengan membaca dan menulis mampu memberikan pemahaman yang luas akan kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Menurut beliau, wasilah yang dapat mentransfer ilmu yang paling efektif adalah membaca dan menulis. Peradaban muncul atau pun diakui ditandai dengan adanya tulisan.  Peradaban yang muncul tanpa ditandai dengan tulisan disebut pra aksara yang mana ada peradaban tetapi tidak atau belum mengenal tulisan. Mengapa diperlukan adanya tulisan? Perlunya tulisan agar tidak mudah lupa dalam mengingat apa yang telah dipelajari dan dapat dijadikan bahan kajian di masa depan. Pada saat seminar berlangsung, terdapat sesi tanya jawab dan ada beberapa pertanyaan dari mahasiswa yang terkesan menggelitik. Apa sih sastra ? “Ketika bangun anda menghirup udara segar, melihat burung-burung terbang ke atas hamparan langit yang biru dan anda menikmatinya, itulah sastra” ucap Habiburrahman El Shirazy kala menjelaskan definisi sastra. Sastra juga dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan yang dikemas secara estetis dan imajinatif berdasarkan pemikiran, pengalaman yang diinterpretasikan melalui media bahasa. Lalu ada juga mahasiswa yang bertanya tentang penjelasan Kang Abik mengenai seorang ulama’ yang sangat suka menulis sampai lupa makan yang merupakan kebutuhan utama untuk memperoleh energi tubuhnya. ‘Bagaimana caranya menjadi seperti seorang ulama’ yang suka menulis itu, sedangkan saya saja memikirkan apa yang akan saya tulis itu sudah lapar dulu?’ kira-kira begitu pertanyaannya. Ya, Kang Abik pun tertawa lalu menjelaskan caranya. Pertama, tulislah apa yang kamu tahu, dengan begitu kamu tidak akan takut menyebar kesesatan. Kedua, tulislah apa yang kamu senangi, dengan begitu juga kamu tidak akan merasa jenuh ketika menulis. Ketiga, tulislah semampumu, jangan takut terbayang-bayangi bahwa menulis harus 300 halaman, harus kata baku dengan memandang 5W+1H. Keempat, jadikan menulis sebagai ajang untuk memotivasi orang lain juga motivasi diri sendiri agar dapat memberikan pemahaman-pemahaman baru yang bermanfaat bagi orang lain. Begitulah Kang Abik menjelaskan cara menulis bagi pemula, dengan menulis Ia menjadi ‘well known people’, dengan menulis Ia menyampaikan wasilah untuk mentransfer ilmu pengetahuan, dengan menulis Ia lebih mengenal Allah Swt. Semoga kita tergolong orang seperti beliau. (08/03/2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline