Lihat ke Halaman Asli

Hany Kurnia

Saya adalah Guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala Sekolah di TK PGRI Mojokerto. Saya menempuh pendidikan tingkat Sarjana di Universitas Terbuka dengan mengambil jurusan Pendidikan Guru Anak Usia Dini. Kemudian pada tahun 2019 melanjutkan studi di UMS dengan jurusan Magister Psikologi. Saya sangat tertarik pada dunia menulis, wisata kuliner dan musik.

Menumbuhkan Budaya Tertib Antre Sejak Dini

Diperbarui: 20 April 2024   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita terlibat dengan banyak orang dalam aktivitas di tengah masyarakat. Diperlukan kesadaran pada setiap individu bahwa apa yang dilakukan dapat juga berdampak pada orang lain. Salah satunya yaitu budaya tertib antre, dimana seseorang harus mau berada dalam sebuah barisan dan menunggu untuk mendapat giliran. 

Aktivitas antre dapat ditemui diberbagai tempat umum seperti pada kegiatan jual beli di pasar, di kantor-kantor pelayanan publik, di pusat layanan kesehatan, di Sekolah, di tempat pariwisata, bahkan dapat ditemui pada aktivitas seseorang ketika akan menggunakan toilet umum.

Meski terkesan sepele, pada kenyataannya masih banyak dijumpai orang yang tidak mau mengantre. Tidak sedikit masyarakat yang masih sulit menerapkan budaya tertib antre dalam interaksinya dengan orang lain ketika menggunakan fasilitas umum. Dengan berbagai alasan, beberapa orang memilih menyerobot antrian demi mendapatkan giliran lebih dulu. 

Meski dalam beberapa kasus emergency hal ini dapat dibenarkan, namun menjadi hal yang salah dan tidak pantas ditiru ketika hal tersebut dilakukan tanpa alasan yang tepat. Beberapa faktor yang menyebabkan orang menjadi abai pada budaya tertib antre antara lain kurangnya kedisiplinan dan kesabaran, serta rendahnya kesadaran dalam menghargai hak-hak orang lain.

Orang tua adalah bagian dari masyarakat yang dikenal pertama kali oleh anak. Sebagai orang tua maka menjadi sebuah kewajiban untuk mengajarkan nilai-nilai yang baik pada diri anak sebagai bekal hidup dimasa mendatang. Dalam upaya menanamkan kedisiplinan pada anak tidak dapat dilakukan hanya dengan memberi perintah saja, diperlukan pembiasaan dan keteladanan dari orang tua dan orang dewasa disekitarnya. Sebagaimana disebutkan oleh Munif Chatib (2012:39) :

"Anak usia dini belajar melaksanakan peraturan dan kedisiplinan dengan cara learning by doing dan learning by example. Artinya, seorang anak akan mau mematuhi sebuah peraturan setelah terlebih dahulu mendapatkan contoh dan kemudian secara bersama-sama melakukannya"

Memberi teladan dan mengajarkan kepada anak untuk menumbuhkan budaya tertib antre dapat dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebelumnya orang tua harus memberi pemahaman kepada anak tentang apa yang dimaksud dengan budaya antre dan bagaimana cara melakukannya. 

Beberapa contoh moment yang tepat dimana orang tua bisa menanamkan budaya tertib antre pada anak antara lain ketika anak bermain di playground, orang tua harus selalu mengingatkan kepada anak untuk mau bergantian dengan teman lain, ketika antre dikasir untuk membayar jajan di minimarket ataupun sekedar beli jajanan di pedagang keliling depan rumah, ketika hendak ke kamar mandi dan harus bergantian dengan anggota keluarga yang lain, dsb.

Pentingnya mengajarkan budaya tertib antre sejak usia dini selain menanamkan kedisiplinan juga dapat mengajarkan kepada anak untuk lebih menghargai sebuah proses, melatih kesabaran, menghargai dan menghormati hak orang lain, mengajarkan sikap toleransi, serta melatih anak mengelola waktu dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline