Lihat ke Halaman Asli

Flamboyan

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Memaknai keindahan yang semula berawal dari pandangan pertama. Menyejukkan, sangat elok di pandang. Apa jadinya kenikmatan rasa yang melebur tanpa makna. Yah, mengagumi keindahan dengan mendamba dan mencinta. Bahkan ribuan kata ta sanggup memberikan ceritanya, apa itu rasa apa itu keindahan dari sudut pandang mata. Seberkas cahaya yang selalu ingin dimiliki dan terurai disana.

Dia pengagum wanita dan senja. Kata seorang pria kepada saya. Lantas apa yaang ia cari dari keindahan tersebut? Kepuasan belaka?Objek yang selalu melekukkan pancaran aroma surgawi dunia. Iyakah dia sang pendamba wanita..

Srikandhi modern yang alpa akan dirinya sendiri. Wanita yang elok merias dirinya agar terlihat sungguh menawan hati. Aku mengerti..Sekali lagi Keindahan ragawi.

Disatu sisi alam sedang berelegi. Dengan perputaran kodratnya mewarnai hari. Sang fajar mulai beranjak pergi. Merah lembayung khas langit sore di pucuk lazuardi, ku tuang segelas kopi.

Ahh rasanya dua bilik yang sangat memberikan esensi. Begitu memppesona dan menaarik hati. Dan seharusnya kita mensyukuri ini. Jangan berpeluk dalam ironi. Kita yang masih berbeda sisi.Jangan disudahi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline