Lihat ke Halaman Asli

Norman Kamaru Korban Industri Hiburan

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dunia hiburan Indonesia, siapa yang tak mengenal Norman Kamaru, atau lebih populer dengan sapaan Briptu Norman. Tepat pada hari Selasa ( 06/12/2011) lajang asal Gorontalo yang populer dengan video lipsing chaiya-chaiya ini, telah resmi dipecat oleh kesatuannya, yakni Satuan Brimob Polda Gorontalo. Secara tidak hormat. Tentu hal ini menjadi konsumsi banyak pihak, sebagai konsekuensi bagian dari kaum selebritas maka segala apapun yang mampu menjadi nilai berita akan selalu menarik untuk diikuti. Mungkin, hal ini lah yang menjadi salah satu alasan (bisa jadi yang paling dominan) mengapa Norman Kamaru memutuskan untuk mundur sebagai aparat keamanan dalam naungan institusi Polri itu. Setelah dinyatakan dipecat, maka Norman tidak diperkenankan lagi menggunakan kepangkatan dan seragamnya lagi, terlebih untuk kepentingan hiburan. Masih ingat bagaimana sosok Norman menjadi fenomenal pada saat itu? Ya, disaat wajah kepolisian kita begitu buruk dan kelam karena dinodai oleh aparatnya sendiri, Norman muncul dengan wajah yang berbeda. Kehadiran Norman diyakini mampu memperbaiki wajah kepolisian yang terkenal dingin dan menyeramkan. Bahkan beberapa kalangan menganggap, figur Norman dapat dijadikan duta kepolisian untuk lebih mendekatkan institusi ini dengan masyarakat luas. Membentuk citra Kepolisian sebagai milik masyarakat. Sehingga bagai gayung bersambut, karir Norman pun semakin menderang. Momentum ini juga terbentuk saat masyarakat umum memberikan advokasi dan dukungnya kepada Norman untuk tidak dijatuhi sanksi saat sempat terancam oleh kesatuannya karena dianggap lalai saat tugas piket. Serta merta hal ini mendapat simpati di tengah-tengah publik, gelombang besar dukungan secara tak langsung menjadi pemirsa setia yang merindukan aksi-aksinya. Kondisi menguntungkan ini dicium oleh para korporat industri hiburan untuk mengundangnya guna mendongrak rating acara-acara yang disajikan.

[caption id="attachment_148035" align="alignright" width="300" caption="sumber: antaranews.com"][/caption]

Wajah Norman yang sempat selalu nongol ditelevisi, bukan tanpa alasan. Subjektif saya berpendapat, kemampuan menghibur Norman sebetulnya biasa saja. Tapi Norman memiliki apa yang tidak dimiliki selebritis lain, yakni seragam dan embel-embel kepangkatan. Tentu hal ini memiliki nilai jual tersendiri, Norman hadir dengan penampilan, penggemar dan (tentunya) harga yang menjanjikan. Perlu diingat, dunia hiburan merupakan suatu industri. Ia akan bergerak pada pemanfaatan komoditas yang memiliki nilai jual, tentunya yang memberikan profit bagi korporasinya. Begitu pun yang dialami Norman pada saat itu, (secara sadar atau pun tidak) ia telah menjadi komoditas dunia hiburan. Sehingga ia begitu menikmatinya hingga terlena dan memilih mangkir dari tugasnya selama 3 bulan. Tentu ini merupakan tindakan indisipliner yang berbanding terbalik dengan karakter biasanya seorang prajurit. Dunia hiburan membawanya keliling Indonesia, dari panggung ke panggung, dari studio televisi satu ke yang lainnya. Hampir selalu ia tampil dengan mengenakan seragam kesatuannya, tentu saja ini yang membedakan dan sangat menjual Norman dengan artis-artis umumnya. Keadaan ini (semoga) memang saling menguntungkan bagi kedua pihak, Norman yang sedang menikmati masa-masa terindah popularitasnya dan industri yang sedang menimba untung dari popularitas artisnya. Kondisi tidak sehat akan terjadi, jika salah satu pihak dirugikan untuk mengakumulasi keuntungan dipihak lainnya. Dalam industri hiburan, selera dan momentum pasar menjadi pegangan korporat dalam menentukan langkah-langkah bisnisnya. Dan kiranya, saat ini selera pasar pun telah berubah. Intesitas tampil yang terlalu tinggi saat dahulu membuat masyarakat jenuh dan mencari alternatif idola lain. Hukum alam pun punya rumus sendiri, yang populer secara instan maka akan tenggelam secara instan juga.

Semoga ditempat tugas yang baru, Norman dapat selalu menghibur dan menyenangkan orang-orang sekitanya walaupun dengan cara yang berbeda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline