Lihat ke Halaman Asli

Peluk yang Tak Utuh – Catatan di Satu Masa

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

: Kekasih tak sampai Belum genap rinduku. Itu yang kukatakan padamu. Tapi lupa kapan kuucap. Rasanya sudah lebih dari bulan yang lalu. Setelah itu, kita membekukan segala ungkapan hati. Kadang tatap matapun tak berani beradu. Bagai peralihan siang dan malam, hanya bersapa sesaat, cepat berlalu dan terkubur dalam kelam malam. Belum genap rinduku. Kaupun tahu betapa aku terlarut dalam segala nuansa. Ada resah gelisah gundah gulana terkandung dalam rahim hatiku. Ah, beginilah rasanya jika aku membiarkan angin itu masuk dengan sukarela. Padahal sudah diingatkan bahwa aku tak boleh lagi membuka pintu itu walau sedikit saja. Inilah terlahir. Belum genap rinduku. Semakin hari semakin bertambah rekah. Bertumbuh meski aku memejam dan kubenamkan dalam-dalam. Ah…Entah sampai kapan ini bersemi sendiri. Belum genap rinduku…hingga satu saat kau kabulkan pintaku, memelukmu tuk tuntaskan rinduku. Hanya sebuah pelukan yang tak utuh… dan semuanya kini menguap… tak ingin kugenapkan rinduku padamu, lagi. Mei, 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline