Lihat ke Halaman Asli

Sungguh, Ini Bukan Basa-Basi

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

: pada rahim malam hamba mengadu

jejak hamba menimang bulan
dalam rantauan selaksa kisah
sejak jaka meminang puan
sedalam tuaian membuai resah
membual desah

Oh, lara yang tiada berujung
sempurnalah mati dalam hidup
detik-detik retak bagai pekat yang pecah semburat sinar rembulan
dingin menusuk jantung hati hamba
hangatpun tak sudi menyulam tiap detaknya

mengiba hamba padamu rahim malam
kemanakah tuan yang menggaris semesta
menggambar peta titik-titik nista
buta hamba tak terarah
timangan hamba terasa memikul badai
goyah ditiap ketukan kaki

kemanakah tuan yang meniup sukma
hirup satusatu rasa hambar
sempurnalah hidup selubung mati
ini raga tak kenal jiwa
ini jiwa tak sapa raga

Oh, lara yang tiada berujung
menimang bulan
manapak kisah
mencari tuan empunya kasih

telan aku bulat-bulat kembali ke rahimmu, malam
kurasa tuan bersemayam dalam gelapmu
kan kukembalikan bulan milikmu
berikan tuan ke pelukku

Malang, 30 November 2009
Posted on Sungguh, Ini Bukan Basa-Basi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline