Setelah hampir kurang lebih sebulan lamanya umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadhan dan Tarawih, selanjutnya tibalah hari kemenangan, Idul Fitri.
Hari yang dinantikan sebagian besar umat Islam, tuk berkumpul dengan sanak saudara, mensucikan kembali diri dan jiwa dengan bermaaf-maafan.
Cuti hari raya Idul Fitri atau yang lebih akrab disapa cuti lebaran nampaknya menjadi antusiasme pada telinga banyak orang, dimana dapat meluangkan waktu tuk belibur dan berkunjung kembali ke kampung halaman.
Menjumpai orangtua serta sanak saudara jauh memanglah membuat hati gembira. Mungkin, ada yang setelah sekian lama tak berjumpa karena alasan tempat tinggal atau tuntutan pekerjaan merantau yang mengharuskan untuk berpisah sementara.
Apalagi setelah hampir kurang lebih 1 tahun lamanya tertunda akibat pandemi yang memang dihimbau untuk tidak mudik oleh pemerintah. Bahkan ada beberapa perusahaan yang memantau karyawannya untuk tidak bepergian jauh.
Ketupat, lontong sayur, opor ayam, sambal goreng, rendang, dan beberapa lainnya menjadi icon penting saat lebaran. Tetapi tak ketinggalan tunjangan hari rayanya, seperti angpao, bingkisan, hampers. Yang biasanya menjadi adat saling beri-memberi.
Lamanya tak jumpa, rindu akan kampung halaman dan keluarga besar pasti sangat terasa. Pada momentum setahun sekali tersebut nampaknya banyak orang yang ingin membuatnya begitu berkesan.
Bahkan ada yang rela antri Panjang di bank untuk sekedar menukar uang baru demi memberi thr untuk keponakan-keponakannya, atau berbelanja banyak kue dan jajanan untuk bingkisan yang nantinya hendak dibagikan.
Menjelang hari yang penuh fitrah tersebut nampaknya sudah lumrah bagi sebagian kalangan orang untuk mempersiapkan tunjangan hari raya (THR), meski tak semua berupa uang (Angpao), yang sekarang ini dibungkus dengan aneka ragam bentuk amplop.
Jika biasanya tunjangan hari raya memberi bingkisan berisi sembako, atau kue-kue hari raya untuk orang yang lebih tua, seperti ibu, bapak, pakdhe, budhe, om, tante atau sanak saudara lain.Tentunya untuk yg lebih muda atau anak-anak berbeda lagi konsepnya.