Bulan Ramadhan merupakan bulan suci yang sangat dinanti-nantikan kedatangannya oleh kaum muslim. Setiap bulan Ramadhan tiba, kaum muslim sangat antusias menyiapkan datangnya bulan Ramadhan. Kaum muslim semangat untuk melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan karena bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah dan penuh kenikmatan. Selain semangat beribadah puasa kurang lebih 30 hari lamanya, kaum muslim juga semangat untuk mengikuti takbiran pada malam 1 syawal. Sebelum malam takbiran, masyarakat muslim sangat antusias menyambut malam takbiran dengan berbagai tema takbiran.
Salah satu masyarakat atau jamaah masjid yang mempersiapkan takbiran dengan antusias adalah jamaah Masjid At-taqwa Jowahan, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta. Jamaah masjid At-Taqwa Jowahan mengikuti takbiran yang diadakan oleh beberapa dusun di kelurahan Sumberagung yaitu "Mlampah Sesarengan". Mlampah sesarengan merupakan kata yang diambil dari Bahasa Jawa, mlampah yang berarti berjalan atau jalan dan sesarengan artinya bersama-sama. Jadi, mlampah sesarengan memiliki arti jalan bersama-sama. Maksud dari acara Mlampah Sesarengan disini adalah kita melaksanakan takbir menyambut bulan 1 syawal atau hari raya idul fitri dengan jalan bareng sambil membaca takbir.
Masjid At-Taqwa Jowahan mengikuti takbiran pada hari Selasa, 9 April 2024 dan hari raya idul fitri pada Rabu, 10 April 2024. Sebelum mengikuti takbiran "Mlampah Sesarengan", jamaah Masjid At-Taqwa Jowahan melakukan persiapan untuk takbir keliling. Persiapan untuk takbir keliling, sudah dilakukan sejak awal puasa yaitu dengan mengadakan rapat persiapan takbiran. Setelah melakukan rapat dan menentukan tema, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat maskot dan pernak-pernik takbiran lainnya.
Pada takbiran tahun 1445 H ini, Masjid At-Taqwa Jowahan memilih tema maskot yaitu menyerupai malaikat izrail. Hal tersebut dipilih oleh remaja Masjid At-Taqwa Jowahan sebagai bentuk peringatan bahwa kita harus ingat mati dan ingat bahwa malaikat Izrail selalu ada disekitar kita. Remaja Masji At-Taqwa juga menentukan kostum untuk anak-anak takbiran. Laki-laki dengan tema hitam dan menggunakan tanduk serta tongkat trisula. Kemudian yang perempuan dengan tema putih dan menggunakan sayap serta bando seperti peri. Persiapan yang dilakukan untuk membuat kostum serta pernak-pernik takbiran dilakukan mulai minggu kedua bulan Ramadhan sampai h-1 pelaksanaan takbiran.
Pembuatan kostum laki-laki cukup menggunakan kain hitam dan dijahit sesuai dengan ukuran badan anak-anak. Kemudian memakai kain penutup kepala menggunakan kerudung hitam serta memakai bando dengan diberi tanduk warna merah yang terbuat dari kardus ditempeli kertas. Pernak-pernik yang digunakan anak laki-laki yaitu menggunakan tongkat trisula yang terbuat dari bambu, kardus, dan diberi lampu merah pada trisulanya. Sedangkan untuk kostum anak perempuan menggunakan gamis putih, kerudung putih, dan jarik motif putih. Kemudian memakai sayap yang terbuat dari kardus, kertas, kapas, rafia, dan diberi lampu berwarna putih. Selain itu, pernak-pernik anak perempuan yang dipakai adalah bando putih yang terbuat dari kawat berbentuk lingkaran yang diberi kapas.
Pembuatan pernak-pernik takbiran tersebut dibuat oleh remaja Masjid At-Taqwa Jowahan yang dibantu oleh anak-anak yang akan mengikuti takbiran. Anak-anak sangat antusias untuk membuat kostum dan pernak-pernik takbiran. Kostum dan pernak-pernik takbiran butuh waktu kurang lebih 20 hari untuk menyelesaikannya. Sedangkan untuk pembuatan maskot menyerupai malaikat izrail dibuat selama kurang lebih 25 hari oleh para remaja Masjid At-Taqwa Jowahan. Proses pembuatan maskot dilakukan di waktu senggang yaitu kadang di pagi hari kadang di sore hari, bahkan bisa sampai lembur di malam hari sampai waktu sahur. Bahan yang digunakan untuk membuat maskot tersebut adalah dengan bambu, kawat, kain, kardus bekas, dakron, lampu, dan gerobak pendorong. Maskot yang dibuat oleh remaja masjid memiliki ukuran yang cukup tinggi yaitu sekitar 4 meter dengan lebar kurang lebih 1 meter.
Para remaja masjid yang ikut membantu membuat maskot sangat semangat dan bahkan ketika ada yang kurang bagus harus dibongkar dan diperbaiki lagi. Semangat dan keikhlasan remaja masjid yang ikut membantu harus terus dijaga karena selama proses pembuatan maskot dan pernak-pernik takbiran membutuhkan tenaga, fikiran, dan dana yang lumayan banyak. Selain itu, budaya takbir keliling juga sangat baik ketika dilakukan secara rutin karena dapat meningkatkan rasa solidaritas, kreatifitas dan kekompakan di setiap jamaah masjid yang mengikuti takbiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H