Lihat ke Halaman Asli

Hanvitra

Penulis Lepas

The China's Dreams

Diperbarui: 5 Juni 2019   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) bukan hanya terjadi di permukaannya saja. Baik China dan Amerika memendam hasrat untuk mewujudkan cita-cita mereka. Perang dagang sesungguhnya merupakan gunung es konflik yang terjadi di antara keduanya.

Baik China dan AS mempunyai strategi yang berbeda untuk membangun negaranya. China menyebutnya "Impian China" dan AS menyebutnya sebagai "Impian Amerika". Keduanya berada di dua titik yang berbeda. China membangun perekonomiannya yang dipelopori oleh BUMN. 

Kapitalisme negara merupakan hal yang terjadi di China hingga saat ini. Ini bukan berarti swasta tidak diperbolehkan berbisnis dan memproduksi, namun perekonomian dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan negara.

Hal ini juga disebut Beijing Consensus, di mana kekuasaan negara yang totaliter namun di sisi lain menganut ekonomi pasar bebas. China menyebutnya sebagai "ekonomi pasar sosialis". 

Negaralah yang mengendalikan perekonomian. Peran swasta tetap didorong sesuai dengan kebijakan pemerintah.  Munculnya perusahaan-perusahan swasta raksasa di China sangat menguntungkan pemerintah China.

Selain itu China mengundang investor asing ke negara itu. Perusahaan-perusahaan asing tersebut bebas beroperasi. Banyak perusahaan yang akhirnya memindahkan pabriknya ke China. 

Namun China berupaya untuk meraih transfer of technology tersebut dari perusahaan-perusahaan asing tersebut. China juga berupaya berinovasi dengan menciptakan produk-produk elektronik yang diminati pasar global seperti smartphonen, laptop, kamera, dan lain sebagainya.

BUMN-BUMN China berperan aktif dalam pembangunan. BUMN China melebarkan ekspansinya ke mana-mana bahkan ke Afrika. Di benua hitam itu, BUMN China membangun infrastruktur seperti jalan raya, rel kereta api, bendungan, pasar dan lain sebagainya. China memberi pinjaman kepada negara-negara Afrika tanpa bunga dan tanpa mencampuri urusan domestik. 

China tidak memperdulikan kondisi hak asasi manusia (HAM) dan konflik politik di negara-negara benua hitam tersebut. Sedangkan lembaga-lembaga donor di Barat berusaha menyinggung kondisi HAM di negara-negara Afrika tersebut.

China berkepentingan dengan negara-negara Afrika karena mereka akan menjadi pasar baru bagi produk-produk China. Selain dukungan mereka di PBB terhadap RRC versus Taiwan sangat dibutukan China. Negara-negara tersebut dibutuhkan untuk memilih satu China di lembaga-lembaga internasional.

China dan AS saling bersaing untuk memperoleh bahan-bahan baku industri mereka. China berusaha menguasai sumber daya alam Afrika seperti minyak, gas bumi, dan batubara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline