Lihat ke Halaman Asli

Hanvitra

Penulis Lepas

Bisakah Orang Asia Berpikir?

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertanyaan provokatif itu dilontarkan oleh Kishore Mahbubani, seorang diplomat Singapura, keturunan India. Pertanyaan itu dilontarkannya melihat bangsa Asia selalu tertinggal dari bangsa Eropa. Tentu saja, pertanyaan ini akan menggelitik bangsa-bangsa Asia untuk menjawabnya. Bangsa-bangsa Asia telah sekian lama tertinggal dari bangsa-bangsa Eropa.

Bangsa Eropa telah tampil sebagai penjajah bangsa Asia. Saat itu bangsa Asia tidak bisa berbuat apa-apa. Bangsa Eropa terlalu kuat untuk bangsa Asia. Eksploitasi ekonomi tidak bisa dihindarkan. Bangsa Asia terpuruk dalam feodalisme. Mereka tidak bisa keluar dari penjajahan yang dilakukan bangsa-bangsa Eropa.

Menurut Kishore, masyarakat Asia sebenarnya mampu berpikir. Masyarakat Asia kini mampu keluar dari warisan penjajahnya. Bangsa Asia kini mengejar ketertinggalannya dari bangsa-bangsa Eropa. Justru Eropa yang kini mulai keteteran menghadapi bangsa-bangsa Asia. Asia mulai bangkit. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan penguasaan teknologi yang canggih saat ini mulai dicapai oleh bangsa-bangsa Asia. Dengan penduduk yang mencapai hampir 70 persen penduduk dunia. Bangsa Asia mulai menunjukkan taringnya di hadapan penduduk dunia.

Hal ini menunjukkan sebenarnya bangsa-bangsa Asia mulai bisa berpikir. Bangsa-bangsa Asia mulai menyadari kekeliruan mereka di masa lalu. Mereka mulai belajar dari kesalahan masa lalu. Bangsa Indonesia saat ini pun mulai belajar dari masa lalu penjajahan yang kelam. Memang tidak mudah belajar dari masa lalu. Kita harus berani untuk sakit hati, merasakan pedih dan sengsaranya masa lalu. Tapi itu semua merupakan obat bagi kehidupan masa kini ke masa depan. Kita harus berani menjadi pendobrak dari semua kekeliruan masa lalu.

Bangsa-bangsa Asia Timur seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea telah membuktikan bahwa mereka berani keluar dari kolonialisasi mental yang diwariskan penjajahnya. China misalnya merasakan pahitnya dijajah Inggris setelah Dinasti Manchu kalah dalam Perang Candu. Saat itu bangsa China dihina bangsa Barat dan disamakan dengan binatang. Kebudayaan China dianggap sebagai kebudayaan paria dan kebudayaan Barat adalah nomer satu. Candu kemudian menjadi narkotika bagi rakyat China untuk lepas dari derita kemiskinan dan kelaparan. Rakyat China direndahkan oleh penjajah Inggris.

Cuma Jepang yang tidak pernah dijajah. Tetapi Jepang pernah dipaksa oleh Komodor Perry untuk membuka pelabuhannya. Mereka mulai menyadari bahwa mereka adalah inferior disbanding bangsa-bangsa Eropa dan AS. Mereka mulai memikirkan bagaimana cara untuk maju. Untuk itu mereka harus belajar ke Eropa. Mereka mengirimkan utusan ke Eropa dan AS untuk mempelajari sistem pendidikan, ekonomi, dan politik. Mereka mempelajari kebudayaan Barat.

Jepang tahu salah-satu sarana untuk keluar dari ketertinggalan adalah dengan memodernisasi system pendidikannya. Jepang memutuskan untuk menggalakkan budaya literasi. Jepang mulai menggalakkan keberaksaraan. Jepang mendidik generasi mudanya untuk membaca. Jepang menerjemahkan buku-buku Eropa dan AS ke dalam bahasa Jepang. Mereka mulai mengimitasi bangsa Barat. Namun mereka tidak melupakan jati dirimya sebagai bangsa Jepang. Mereka memahami bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi seyogyanya tidak menghilangkan identitas kulturalnya sebagai bangsa Asia.

Indonesia pun mulai berbenah. Siapa bilang bangsa Indonesia tidak bisa berpikir. Bangsa Indonesia terutama yang berpendidikan berpikir untuk kemajuan bangsanya. Geliat bangsa Indonesia mulai terasa. Pembangunan terus dijalankan tanpa kehilangan jati dirinya. Bangsa Indonesia, mengutip Presiden SBY, on the right track. Walaupun banyak kepincangan di sana sini. Bangsa Indonesia mulai keluar dari krisis ekonomi yang menimpanya sejak 1998.Indonesia kini menjadi salah-satu Negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Semua itu berkat Presiden SBY yang tidak henti-hentinya berpikir untuk Indonesia.

Indonesia is on the move. Mungkin hal itu patut kita renungkan. Indonesia bukan lagi era Soeharto. Indonesia bukan sekedar Habibie, Gus Dur, atau Mega. Indonesia kini adalah salah-satu Negara Demokrasi terbesar di dunia. Indonesia akan menjadi Negara maju di dunia.

Terlalu banyak bukti bahwa bangsa-bangsa Asia mulai menunjukkan kemajuannya. Bangsa Asia bisa berpikir dan mampu mewujudkan mimpi-mimpinya. Bangsa-bangsa Asia tidak bisa diremehkan lagi. Asia akan menjadi salah-satu hemisfer dunia. Dan terus berpendar mengikuti arus zaman. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline