[caption caption="Ilustrasi - sumber gambar: antaranews.com"][/caption]
#BulanKolaborasiRTC
Sang Dewi
Karya: Hantus Tommy & Fitri Manalu
Bergelas-gelas anggur. Hentakan musik. Tungkai-tungkai telanjang. Peluh mulai mengucur. Tua-muda, lelaki-perempuan, remaja hingga paruh baya yang berbusana layaknya remaja, tumpah ruah memadati lantai. Berpasang-pasangan, bergoyang sesuka hatinya. Tubuh-tubuh mereka merapat, atau sengaja dirapatkan. Sebagian saling dekap, ditingkahi kerlap-kerlip yang berkelebat di antara temaram. Pesta baru akan dimulai.
Aku tersesat di antara keriuhan. Brengsek! Harusnya tak kudengarkan hasutan Anton. Ini bukan duniaku. Seumur hidup, baru kali ini aku menginjakkan kaki ke tempat semacam ini. Aku segera menyesali kebodohanku. Terutama setelah Anton meninggalkanku bersama sekelompok gadis muda dengan busana yang akan membuat ibuku kena serangan jantung. Tentu saja aku menolak ajakannya bergabung. Aku tak ingin tergoda. Sungguh tak ingin.
Tiba orang-orang berhenti. Padahal, musik masih berdentum. Pandangan mereka mengarah ke atas panggung. Terpana. Pun aku.
Seorang dewi sedang meliuk-liuk gemulai. Setiap geraknya memukau. Lekuk tubuhnya pahatan maha karya. Indah. Sepasang mataku enggan berkedip. Terpana.
Perlahan tapi pasti, dewi itu menuruni panggung. Bergaya anggun menyibak kerumunan. Belahan gaunnya tersingkap saat ia melangkah, menampilkan tungkai mulus tanpa cela. Ia menuju ke arahku. Aku menahan nafas.
“Mari, menarilah bersamaku.” Sang Dewi mengulurkan tangan. Bibir merahnya merekah basah. Melambungkan hasrat terdalamku. Peluh mengilat di leher jenjangnya. Di sekeliling kami, lusinan pasang mata siap menerkam.
Kusambut uluran tangannya. Sang Dewi menarikku mendekat. Tubuh kami bersentuhan. Kudekap ia erat. Inilah surga sesungguhnya.
wangi tubuhmu membuat lelaki berhasrat padamu,
untuk mencumbumu dalam gemulai tubuhmu
tak seorang lelaki pun akan melepaskanmu,
terbuai dalam pesona kemolekan tubuhmu...*