Didi keluar dari rumahnya sambil mendorong motor tuanya, saat itu ia sedang bersiap-siap untuk pergi menuju kantor tempat ia bekerja. Dengan sigap ia menarik reseleting jaketnya, memasang masker dan memakai helm warna merahnya yang sudah pudar. Tanpa butuh banyak waktu ia langsung menaiki motornya dan kaki kanannya menginjak kuat pedal starter, tak lama kemudian suara motornya sudah terdengar. Kembali lagi ia memeriksa jaket dan maskernya sambil menunggu mesin motornya cukup panas untuk dikendarainya.
Bruuum.....! Didi melajukan motornya dengan perlahan dan pergi segera meninggalkan rumahnya. Ia tinggal di pingiran kota Gresik, sedangkan kantor tempat ia bekerja ada di tengah kota Surabaya. Perjalanan menuju tempat itu kira-kira memakan waktu empat puluh lima menit, akan tetapi ketika sedang memasuki perbatasan kota Surabaya ia diberhentikan oleh petugas. Pada saat itu memang lagi waktu penerapan PSBB, tapi ia heran mengapa ia diberhentikan petugas ketika sudah sampai di pos pemeriksaan PSBB padahal selama ini ia tidak pernah diberhentikan laju motornya oleh petugas.
Dengan percaya diri, ia mengikuti instruksi petugas dan merasa semua kelengkapan dan persyaratan untuk memasuki kota Surabaya sudah dipenuhinya. Segera ia mengarahkan motornya ke petugas itu dan kemudian mengeluarkan surat keterangan bekerja dari perusahaannya. Didi pun langsung mengenali petugas itu dan bertanya kepadanya.
"Pak, ada apa ya?"
"Bapak sudah tahu, kalau saya memang bekerja di Surabaya."
"Setiap hari kan saya lewat sini, pasti Bapak mengenal saya."
"Saya kan sudah menunjukkan surat keterangan dari perusahaan waktu di hari pertama PSBB."
Petugas itu pun tersenyum dengan ramah, ia memang mengenali Didi yang sering lalu lalang melewati posnya.
"Maskernya pak itu tolong dipakai."
"Lah! Ini sudah saya pakai," jawab Didi sambil menunjuk jari ke wajahnya.