Lihat ke Halaman Asli

Hantodiningrat™

Minimalist Blogger

Rumput Sendiri Jauh Lebih Hijau dari Rumput Tetangga

Diperbarui: 30 September 2015   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Credit : aselicahndeso.wordpress.com"][/caption]Ada banyak hal yang bisa memicu munculnya ketidakbahagiaan dalam diri. Salah satu penyebabnya adalah terkadang kita gemar sekali membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Padahal, dibalik semua itu, Tuhan telah menentukan jalan takdir kita masing-masing. Kita semua berproses, dan setiap prosesnya tentu tidak akan pernah sama satu dengan lainnya.

Kita seringkali berusaha membandingkan hidup lantaran melihat bahwa hidup orang lain kok sepertinya lebih hidup dari hidup kita. Kita mulai membanding-bandingkan banyak hal, mulai dari hal-hal kecil hingga hal-hal yang besar. Secara tidak langsung, ini juga mempengaruhi kadar syukur kita terhadap Tuhan sang maha pemberi hidup. Kita menjadi orang yang demikian menuntut dan mengeluh.

Ada juga pepatah yang mengatakan bahwa rumput tetangga selalu tampak lebih hijau dari rumput sendiri. Ini bukan apa-apa, tapi, bagi saya pribadi, pepatah seperti ini muncul karena pasti ada sebuah kesalahan. Dan kesalahannya adalah, kita seringkali terlalu jauh melihat ke dunia luar. Kita jarang berkunjung ke dalam dunia kita, diri sendiri.

Kalau Anda melihat rumput tetangga serasa jauh lebih hijau dari rumput sendiri, itu karena, boleh jadi Anda terlalu fokus memperhatikan hijaunya rumput tetangga sebelah, sampai-sampai lupa merawat rumput halaman sendiri. Saking fokusnya, kita sampai lupa menyiraminya jika mulai kering, memotongnya jika dirasa sudah terlalu panjang, sehingga tak sedap dipandang mata. Sesekali sepertinya kita harus bercermin!

Sebenarnya apa ya, ini hanya sebuah perumpamaan saja. Tentu kita semua pernah mendengar sebuah pepatah yang menyebutkan bahwa, kebahagiaan tidak akan pernah kita dapatkan ketika kita masih terlalu fokus pada dunia luar ketimbang fokus pada sebuah dunia yang ada di dalam diri kita sendiri. Kurang lebih intinya adalah, kita terlalu fokus melihat kehidupan orang lain.

Nah, karena sering melihat kehidupan orang lain, kita lupa pada hidup kita sendiri. Dan pada akhirnya, ya seperti yang sudah saya singgung diatas tadi. Semua kehidupan orang lain tampak jauh lebih baik dan indah dari pada kehidupan kita sendiri. Terus begitu terus, seperti tak ada habisnya. Melihat orang lain bahagia, alih-alih merasa turut bahagia, kadang justru iri dengki yang muncul.

Kejadian demi kejadian seperti ini, banyak terjadi di sekitar kita. Hanya saja, sangat jarang disadari. Bahkan, oleh diri kita sendiri. Apalagi melihat perkembangan zaman yang kian meroket sekarang ini, ditambah kian banyak orang yang aktif di sosial media, banyak orang-orang berusaha untuk memberitahukan semua pencapaian hidupnya dengan dalih sebuah aktualisasi diri.

Dan jika kita tidak hati-hati, penggunaan sosial media bisa berdampak buruk pada kehidupan kita. Sebagai contoh, suatu ketika kita melihat status teman yang sering sekali mengunggah foto-foto travelling atau foto-foto liburannya di sosial media, sedangkan kita sendiri, justru lebih sering teronggok dan membusuk oleh banyaknya rutinitas yang sangat membosankankan. Kira-kira apa yang terjadi?

Secara manusiawi, orang-orang seperti kita tentu akan langsung berusaha mengkomparasikan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain tersebut. Dan akhirnya depresi, merasa hidup kita membosankan, merasa rendah diri, dan merasa perlu dikasihani. Padahal, ketika kita mengeluhkan soal hidup kita yang membosankan, disaat yang bersamaan, kita tidak tahu ada berapa banyak orang yang justru menginginkan kehidupan yang sedang kita jalani. Hidup itu, sawang sinawang kalau kata orang Jawa.

Nah maka dari itu, ketika kita ingin hidup lebih tenang dan bahagia, cobalah sesekali kita menyelam ke dalam diri kita sendiri. Temukan banyak mutiara-mutiara kehidupan yang sebelumnya tidak pernah kita sadari dan syukuri. Karena hakikatnya, kebahagiaan berasal dari dalam diri, bukan kebahagiaan semu yang selama ini kita cari-cari. Jadi, kira-kira masih ada alasan untuk tidak bersyukur mulai hari ini?

Hantodiningrat™ | Minimalist Blogger | Kompasianer | www.hantodiningrat.com

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline