Lihat ke Halaman Asli

Negeri Tumbal

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

132978351950211970

[caption id="attachment_162419" align="alignnone" width="269" caption="Jembatan "][/caption] JEMBATAN menjadi perbincangan hangat  di negeri ini setelah beberapa waktu sebuah jembatan modern dan megah ambruk di Kalimantan. Lalu di dunia maya beredar foto jembatan ala "Indiana Jones" di salah satu desa di Lebak, Banten. Di foto-foto itu terlihat anak-anak sekolah, baik lelaki atau perempuan, berjalan sambil bergelantungan di tali. Kaki mereka hanya menjejak pada papan selebar beberapa centimeter dan kondisinya sudah rapuh pula. Sementara di bawah mereka mengalir sungai yang tentu cukup dalam. Mendebarkan dan mengerikan juga adegan yang biasanya dapat dilihat di film-film itu. Menyaksikan foto-foto itu,  muncul pertanyaan: Kok tega sekali pemerintah membiarkan hal itu terjadi? Dan selama ini tentu belum ada korban sehingga tidak ada yang tergerak untuk membenahinya. Sebab biasanya kita kan selalu menunggu ada korban jatuh dulu barulah sibuk melakukan perbaikan di sana sini, itu pun setelah melalui debat kusir dan saling menyalahkan. Ya, sepertinya sudah menjadi "syarat"  harus ada tumbal dulu barulah pemerintah atau instansi tergerak mengadakan perbaikan infrastruktur. Di mana-mana, banyak jalan atau infrastruktur yang mengalami kerusakan dan bisa berakibat fatal bagi penggunanya. Misalnya lobang-lobang di jalan raya yang bisa menjadi penyebab datangnya maut bagi pengendara yang tidak cekatan. Nanti kalau ada korban tewas barulah itu dibenahi. Ketika beberapa bus mengalami kecelakaan karena supir ngantuk, rem blong, dll yang  menyebabkan banyak orang tewas, pihak berwajib tiba-tiba sibuk mengeluarkan statemen akan memeriksa kelayakan setiap bus, dan memeriksa urine pengemudi, dll. Apakah mereka benar-benar melakukan itu? Rasanya hanya omong kosong, sebab nyatanya banyak bis dan angkot yang sudah "kadaluarsa" berkeliaran di Jabodebatek. Minggu (19/2) lalu, jembatan Sungai Cihideung, Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat  ambruk. Tujuh orang jatuh ke sungai dan hanyut. Senin kemarin (20/2) ditemukan satu jenazah anak perempuan usia 13 tahun, yang diperkirakan korban jembatan ambruk itu. Peristiwa ini, seperti diduga, membuat pihak-pihak terkait sibuk dan membenahi jembatan-jembatan darurat yang ada di daerahnya. Mengenaskan, menunggu tumbal dulu baru bertindak. Itulah watak kita. Dalam liburan Natal, 26 Desember 2011 lalu kami berwisata ke Taman Safari Indonesia II Prigen yang berlokasi di Taman Nasional Gunung Arjuna, Prigen – Pasuruan, Jawa Timur. Saya berkesempatan melintasi sebuah jembatan gantung, di mana di bawahnya beberapa buaya tidur-tiduran. Waktu itu menurut penilaian saya, kondisi jembatan yang panjangnya sekitar  20 meter itu memang masih kuat dan bagus, namun bergoyang saat dilalui. Saya merasa ngeri  membayangkan bila tiba-tiba jembatan ini ambruk dan orang-orang yang melintas jatuh ke bawah. Mereka akan disambut oleh kawanan buaya tersebut. Saran saya kepada pengelola Taman Safari Prigen, sebaiknya jembatan itu dibongkar saja sekarang! Janganglah kita menunggu korban jatuh dulu baru membenahinya. Kita tidak memerlukan tumbal untuk itu kan? Dan yang namanya musibah sering tidak bisa diduga. Dan yang tidak bisa diabaikan, "ramalan" saya sering tepat. Maka sebaiknya jembatan itu dibongkar saja, sebab tidak terlalu vital mengingat  beberapa meter di sebelahnya sudah ada jembatan permanen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline