Lihat ke Halaman Asli

Hans Pt

Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Misteri Kepala Ikan

Diperbarui: 12 Februari 2023   07:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Koleksi pribadi

Ikan adalah sejenis makanan (lauk) yang sangat vital dalam pembentukan gizi manusia. Tak terbantahkan lagi bagaimana ikan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan seorang anak manusia dari sejak lahir hingga tua kelak. 

Dalam ikan, terkandung unsur-unsur mineral-mineral yang seperti: magnesium, phosphor, iodium, fluor, zat besi, copper, zinc, dan selenium. Dengan mengonsumsi ikan, kita bisa terhindar dari banyak gejala yang kurang baik, semacam penumpukan lemak dalam tubuh. 

Tapi harus diantisipasi juga sebab ada juga jenis ikan yang sudah tidak "bersahabat" lagi dengan manusia, semisal ikan laut yang sudah diproses penggaraman, sehingga menjadi sangat asin. Namanya pun sama: ikan asin. Disarankan supaya orang-orang yang sudah menua, jangan sering-sering lagi mengonsumsi ikan yang sudah mengalami proses garamisasi ini, sebab bisa memicu naiknya tensi (darah tinggi).

Tapi yang hendak dibahas di artikel yang sifatnya cuma hiburan ini, bukan soal gizi, protein, atau potensi masalah kesehatan yang ditimbulkan ikan yang sudah sangat asin tersebut.

Ini tentang kepala ikan, ikan jahir (mujahir), ikan mas, ikan asin dan sebagainya. Sebab bukan rahasia jika kepala ikan ini sering diabaikan atau dianggap sebelah mata oleh banyak konsumen. Atau bahkan dinilai tidak penting, sehingga tidak dikonsumsi, bahkan dibuang ketika membersihkan ikan. 

Alasannya sebab kepala ikan memang keras dan hampir tidak ada daging di sana, lalu untuk apa "dibela-belain"? 

Dalam keluarga, ketika ibu menyediakan ikan mujahir goreng kering sebagai lauk, hampir semua anggota keluarga yang mengabaikan kepala ikan. Rata-rata mereka hanya melahap daging ikan itu. Maka usai santap keluarga, pada piring setiap anggota keluarga itu teronggok kepala ikan mujahir itu dengan nelangsanya.

 Namun bagi orang tua yang sudah merasakan banyak "asam garam" kehidupan, atau para bijak, kepala ikan tidak seharusnya diabaikan begitu saja. Pamali (tabu), kata mereka jika kepala ikan dibiarkan begitu saja. Sebab kata mereka, kepala ikan itu mengandung makna filosofis tentang kepemimpinan, kesuksesan, dan sebagainya.

Maka, anak atau orang-orang yang terbiasa mengonsumsi kepala: baik kepala ikan atau kepala ayam, biasanya sukses dalam kehidupan. 

Misalnya, salah seorang om (paman) saya, sangat doyan memakan kepala ayam, terutama otaknya. Sementara banyak orang yang jijik dan mengabaikan kepala ayam yang disajikan di rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline