Lihat ke Halaman Asli

Hans Pt

Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Upaya Penipuan Lewat Telepon Rumah

Diperbarui: 18 Januari 2023   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siang itu, telepon rumah yang sudah sangat jarang dipakai untuk berkomunikasi, tiba-tiba berbunyi. Penulis yang sedang bertekun di depan monitor segera mengangkatnya. Dan terdengar suara mesin bahwa pesawat telepon kemungkinan akan diblokir sebab menunggak bayaran. Selanjutnya suara itu menyuruh memencet nomor 1, untuk dihubungkan dengan petugas yang akan mengecek apakah pelanggang menunggak atau tidak.

Segera seseorang bersuara pria  menanyakan nama, lalu mengatakan akan mengecek dulu. Kemudian dijelaskan bahwa nomor telepon menunggak dan segera diblokir. Penulis heran, sebab biasanya istri membayar rekening telepon dengan rutin, karena itu menyangkut keberlangsungan "hidup" jaringan wifi juga.

Ketika penulis meminta untuk menanyakan ke istri dulu, si penelepon itu melarang dan terus-menerus mencecar bahwa nama saya terdaftar atas dua nomor: satu lagi bernomor awal (031). Lalu pemilik suara itu juga mengatakan bahwa saya punya nomor di sebuah bank. Ini pun membingungkan sebab saya tidak merasa pernah berhubunga dengan bank yang dia maksud.

Waktu saya bantah, suara itu terus menerus mengingatkan bahwa itu terdaftar atas nama saya.  Lalu dia menanyakan apakah saya pernah kehilangan kartu identitas, dsb? Saya jawab "tidak pernah". Bodohnya -- dan ini sangat saya sesali -- saya mau saja memberitatahukan nomor induk kependudukan (NIK) pada penelepon yang mengaku dari Telkom itu. 

Dia bicara terus-menerus dengan nada mendesak. Dan setiap saya bilang mau tanya istri dulu, dll., dia mencegah dan terus mencecar tentang rekening atas nama saya di bank itu, dan juga nama saya yang terdaftar sebagai pemilik nomor telpon 031 itu. Setiap saya bantah, dia terus berputar-putar dengan pertanyaan sebelumnya.

Saya pun mulai curiga dan geram menanyakan siapa namanya agar saya cek dulu di institusinya. Dia lama tidak mau menyebut namanya, dan membuat saya semakin curiga dan marah. Dia mengingatkan tidak usah bersuara keras... Tapi dia menyebut nama "Andre". Saya tanya kantornya di mana, dia cuma mengatakan bahwa dia punya ID. Ini semakin membuat rasa marah dan curiga saya memuncak, dan menutup telepon.

Maka kepada siapa pun supaya berhati-hati dengan modus penipuan seperti ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline