Masyarakat Serdang Bedagai (Sergei), bahkan seluruh warga Sumatera Utara, harus bangga punya bupati seperti Ir. H. Soekirman. Dari namanya saja kita sudah tahu bahwa beliau bukan orang Batak. Dia keturunan Jawa yang lahir dan besar di Sumatera Utara, tepatnya di Perbaungan pada tahun 1955.
Dia menjadi bupati di Sergei sejak 5 Juli 2013 menggantikan bupati Tengku Erry Nuradi yang naik menjadi wakil gubernurnya Gatot Pudjo Nugroho. Sebelumnya Soekirman wakil bupati. Sejak 2016 Soekirman menjabat periode keduanya hingga 2021 nanti.
Meski bukan orang Batak, tetapi Soekirman sangat fasih berkomunikasi dalam bahasa warga mayoritas warga Sumut tersebut. Sebagai orang yang lahir dan besar di daerah orang-orang Batak, hal ini mungkin tidak terlalu mengherankan.
Namun ternyata Soekirman tidak hanya pandai berkomunikasi sebagaimana orang-orang Batak kelahiran Sumut pada umumnya, namun dia cukup menguasai soal adat,budaya,sejarah Batak itu sendiri.
Hal itu diketahui saat menyaksikan video ceramahnya ketika diundang dalam sebuah acara HKBP di Jakarta, tahun lalu. Bila dalam acara seperti ini, kebanyakan pembicara -- walaupun dia orang Batak --berpidato menggunakan bahasa Indonesia, tapi Soekirman justru berbahasa Batak dari awal hingga selesai.
Hal ini mestinya membuat malu orang-orang Batak "asli" terutama kelahiran Sumut yang tidak mengerti lagi bahasa Batak.
Dan seperti disinggung di atas, Soekirman tidak hanya memperlihatkan penguasaannya yang sempurna atas bahasa Batak, namun juga soal filosofi dan sejarah Batak.
Dalam pidatonya yang berdurasi hampir 30 menit, alumnus USU ini beberapa kali mengutip umpasa (pantun) yang selalu disambut dengan tepukan meriah oleh peserta yang hampir semuanya pasti orang Batak.
Bahkan hampir dalam setiap "alinea" pidatonya, selalu mendapat aplaus meriah dan kagum dari peserta. Apalagi ketika Soekirman mengutip kata/istilah atau kalimat yang termasuk langka atau sudah jarang digunakan oleh orang Batak.
Orang-orang Batak mestinya tidak cuma malu, namun merasa tertampar oleh bapak dari lima putra ini, yang sepertinya mengajari orang-orang Batak supaya mencintai adat-budaya-bahasa Batak.
Apalagi dia mengingatkan pentingnya orang Batak melestarikan adat-budaya terutama bahasa Batak. Apalagi--dia mengutip UNESCO, lembaga PBB, yang menyatakan bahwa ada ratusan bahasa yang terancam punah dari muka bumi ini, dan salah satunya adalah bahasa Batak!