Belum hilang rasa trauma akibat padamnya listrik di Jakarta dan sekitarnya pada hari Minggu siang, 4 Agustus 2019 lalu. Lebih menyedihkan lagi karena ternyata Banten dan Jawa Barat pun ikut padam juga. Ini kawasan yang sangat luas, bahkan hampir setengah Pulau Jawa. Sangat tidak biasa.
Sempat timbul syak prasangka bahwa ini mengandung unsur kesengajaan, mengingat belum semua orang move on dengan hasil Pilpres 2019 yang lalu. Bahkan ada pertemuan ulama yang salah satu poinnya menolak atau tidak mengakui pemerintah hasil pilpres yang menurut mereka curang? Entah apa maksud orang-orang ini.
Kecurigaan bahwa ada sabotase karena pejabat pelaksana tugas dirut PLN ini nyata-nyata simpastisan capres yang kalah. Jejak digitalnya saat mengacungkan "dua jari" khas 02, sempat viral di medsos. Apalagi Fadli Zon, politikus Gerindra yang tampaknya belum sadar-sadar juga bahwa Pilpres 2019 sudah selesai dengan baik, jujur, transparan, langsung mencuitkan status di Twitter bahwa negara ini salah urus gara-gara listrik padam dalam waktu yang lama itu.
Di DPR dia langsung unjuk statemen: "Saya kira apa yang terjadi kemarin, mati listrik tanpa peringatan, tanpa pemberitahuan, dan tanpa penjelasan sebelumnya ini merupakan ciri-ciri dari sebuah negara yang salah urus. Menurut saya, harus ada orang yang bertanggung jawab apa yang menyebabkan itu karena telah menimbulkan kerugian yang besar di masyarakat," kata Fadli di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (5/8/2019).
Tampak bodoh sekali, menuntut adanya pemberitahuan kalau listrik mau mati? Anak kecil pun tahu, bahwa tidak semua kejadian pemadaman listrik bisa diberitahukan sebelumnya oleh pihak PLN. Kalau PLN mau memperbaiki sebuah gardu misalnya, mereka pasti memberi tahu bahwa akan ada pemadaman di areal-areal tertentu.
Nah kalau ternyata penyebabnya gara-gara musibah yang tidak bisa diduga-duga, seperti misalnya gempa yang merusak gardu, apa Fadli Zon bisa memberitahukan bahwa "berhubung besok gardu akan rusak gara-gara gempa, maka aliran listrik padam 20 jam"(?)
Belakangan, beredar kabar kalau penyebab padamnya aliran listrik pada 4-5 Agustus itu karena korsleting gara-gara pohon. Kerusakan, diduga sementara adanya pohon yang ketinggiannya melebihi batas ROW (right of way) sehingga mengakibatkan flash atau lompatan listrik. Apapun penyebabnya, tentu bukan sesuatu yang memungkinkan PLN memberitahukan akan ada pemutusan dua hari karena akan korsleting.
Tapi ah, sudahlah. Mestinya Fadli Zon segera berinisiatif memanggil pihak-pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa ini, bukannya malah menyebut bahwa negara salah urus. Arahnya sudah jelas, ingin menuding Presiden Jokowi sebagai pihak yang harus bertanggung jawab? Mungkin beginilah kualitas oknum yang kerjanya "parle", bicara dan bicara, tanpa mengerti permasalahan yang sebenarnya. Dan topik ini tak akan habis bila hanya membahas oknum-oknum seperti ini.
Maka mari kita coba berpikir jauh tentang listrik ini. Sesuai definisinya sebagai tertulis di Kamus Besar Bahasa Indonesia, listrik adalah daya atau kekuatan yang ditimbulkan oleh adanya pergesekan atau melalui proses kimia, dapat digunakan untuk menghasilkan panas atau cahaya atau untuk menjalankan mesin.
Apapun itu, namun semua orang tahunya bahwa arus listrik itu mengalir atau dialirkan lewat kabel-kabel. Kabel itu penghantar arus listrik yang berbungkus bahan karet atau plastik. Hingga kini kabel masih memegang peranan penting dalam mengalirkan energi listrik. Pembangkit listrik bisa saja dari air (PLTA), uap (PLTU), nuklir, atau mesin diesel, tetapi pendistribusiannya ke konsumen tetaplah melalui kabel.
Kejadian listrik padam dua hari lalu dikarenakan tower transmisi yang berada daerah Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah mengalami gangguan korsleting karena pohon yang terlalu tinggi. Arus listrik bisa sampai ke Jakarta dan sekitarnya tentu berkat kabel yang memanjang dari Jawa Tengah. Tanpa ada kabel itu, tidak ada aliran listrik. Kabel itu bisa berada di ketinggian, atau ditanam di bawah tanah. Bahkan ada kabel yang ditanam di bawah laut untuk mengalirkan listrik ke seberang yang jaraknya sampai ratusan kilometer! Semua itu menandakan bahwa hingga kini, kabel masih satu-satunya penghantar arus listrik.