Lihat ke Halaman Asli

Hans Pt

Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Menanti Jokowi Keseleo Lidah

Diperbarui: 10 Oktober 2018   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Setelah wajah Ratna Sarumpaet "babak belur", hancur total pula reputasi pasangan capres yang dia perjuangkan. Nyaris tidak ada lagi senjata yang dapat dimainkan untuk merongrong Jokowi - Ma'ruf, sekaligus meraih simpati massa. Jokowi sendiri sosoknya makin berkibar-kibar.

 Adegan mengharukan di acara pembukaan Asian Para Games pada Sabtu malam 6 Oktober 2018, di mana Kepala Negara rela turun dari podium kehormatan demi memenuhi panggilan Bunga, seorang penyandang disabilitas,  mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. 

Presiden Jokowi bahkan tidak sungkan untuk duduk jongkok di samping kursi roda Bunga, sambil merangkul pundak gadis usia 1o tahun itu, supaya bisa berdialog dengan leluasa. Bunga tidak memiliki kaki, maka dia bergerak dengan bantuan kursi rodanya. Adegan yang sangat mengharukan membuat banyak orang berurai air mata.

Pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Nusadua Bali, pada 8 - 12 Oktober 2018 juga berdampak pada makin populernya Jokowi. Dalam acara ini akan hadir sekitar 35.000 orang dari berbagai negara. Jokowi sendiri akan hadir pada 11 Oktober sekaligus membuka acara secara resmi. Acara ini jelas berdampak sangat positif bagi Indonesia sebab ada peluang masuknya investasi senilai ratusan triliun rupiah. 

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde,  di sela-sela kunjungannya ke Lombok, mengatakan bahwa ekonomi Indonesia dikelola dengan sangat baik oleh Presiden Jokowi, oleh karena itu, Indonesia tak perlu pinjaman dari lembaga keuangan yang dia pimpin itu.

Ini tahun politik, jadi sangat wajar jika ada pihak yang mengecam dan mengkritik acara tersebut tanpa dasar atau argumen yang jelas.  Kita pantas curiga jangan-jangan yang mengkritik itu bahkan tidak mengerti sama sekali tentang apa dan bagaimana acara yang aslinya adalah ide / gagasan SBY ketika menjadi orang nomor satu di negeri ini. 

Yang membuat hati kita bangga adalah pujian Direktur IMF Christine Lagarde itu kepada Jokowi yang dia sebut telah bekerja dengan baik menjaga perekonomian Indonesia, sehingga dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu saat ini, negeri kita tidak perlu berhutang ke IMF. Ini jelas berbeda ketika masa krisis di masa Soeharto tahun 1989 lalu, di mana kita terpaksa meminjam uang dari IMF. 

Dan sewaktu Presiden Soeharto menandatangani surat pernyataan hutang itu, bos IMF saat itu, Michael Camdesus,  memperhatikan sambil berdiri dengan gaya bersedekap. Bagaikan seorang tuan mengawasi budaknya! Rasanya sungguh menyakitkan waktu itu. Sekarang Indonesia pasti dihormati, karena dalam krisis tidak perlu mengemis ke IMF.

Sebaliknya, bulan Oktober ini sangat kelabu bagi kubu Prabowo-Sandiaga. Ketika posisi mereka semakin terpuruk gara-gara tertusuk hoax bikinan sendiri, nama dan sosok Jokowi justru semakin melambung. Apakah pihak oposisi akan lempar handuk atau mengibarkan bendera putih? Kelihatannya tidak.

Mereka tetap melakukan apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka punya. Sadar tidak memiliki prestasi apa-apa dibanding Jokowi, mereka giat melempar isu-isu yang kontraproduktif untuk menutupi segala raihan pemerintah. Misalnya Jokowi telah terbukti sukses membangun banyak infrastruktur dan ruas jalan tol di berbagai kota dan pulau. 

Lalu di medsos, belum lama ini, seseorang yang mirip Fadly Zon mengunggah foto dengan latar belakang jalan yang terbengkalai--entah di mana. Namun di foto itu ditulis keterangan bahwa pemerintah selama hampir lima tahun ternyata tidak melakukan apa-apa. Buktinya, ya proyek mangkrak di foto itu. Begitulah tabiat mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline