Tragis! Itu kesan saya tatkala menyaksikan kekalahan Liverpool dini hari tadi atas Real Madrid dalam final Piala Liga Champions edisi 2017-2018. Pada pertandingan yang dihelat di Stadion Olimpiade Kiev, Ukraine itu, tampak sekali dominasi Liverpool atas Madrid, sejak kick off.
Liverpool tampil trengginas, dan beberapa kali mengancam daerah Madrid. Terasa benar pengaruh Mohamed Salah di sana. Pemain Liverpool main lepas dan bebas dan optimis karena ada Mo Salah.
Bola lebih banyak bergulir di areal Madrid. Sebaliknya, para penggawa Real Madrid seperti kehilangan rasa percaya diri. Semua karena Mohamed Salah! Kelihatannya Real Madrid mengkhhawatirkan pergerakan Salah sehingga tampak grogi dan hati-hati yang berlebihan.
Kelihatannya hanya tinggal menunggu waktu saja, Mohamed Salah atau siapa saja salah satu dari pemain Liverpool yang menceploskan si kulit bundar ke gawang yang dikawal Keilor Navas. Namun petaka bagi The Reds--julukan Liverpool--tiba-tiba datang pada menit ke-29.
Salah dan Sergio Ramos terlibat duel untuk mengamankan bola. Salah hendak menggiringnya mendekati daerah penalti Madrid, dan Sergio Ramos menghadangnya sambil keduanya berlari kencang. Karena benturan badan yang tidak terelakkan, keduanya jatuh. Tapi agaknya Mohamed Salah "salah" posisi ketika jatuh, sehingga tulang punggunggnya kesakitan. Mo Salah tampak meringis menahan kesakitan yang amat sangat.
Tim medis segera memberi pertolongan. Di luar, tampak sekali pelatih Juergen Klopp dan para pendukung Si Merah khawatir dan ketar-ketir. Tapi Salah ternyata masih bisa meneruskan permainan. Namun hanya beberapa menit, ketika Salah terlibat duel di depan gawang Real Madrid, rasa sakit di punggungnya agaknya "kambuh". Mungkin merasa bahwa cederanya itu parah, Mo Salah tampak terpukul dan menangis sebab tidak mungkin melanjutkan permainan. Benar. Dia akhirnya ditarik keluar oleh pelatih dan menggantikannya dengan Adam Lallana.
Soal peran vital Salah ini bahkan sempat saya tulis di Kompasiana ini beberapa jam sebelum kick off: "Liverpool minus Salah, mungkin tidak terlalu berarti bagi Real Madrid. Tanpa Mo Salah, di atas kertas, Madrid bisa memenangi duel mengingat komposisi pemain mereka yang komplit. Namun sepakbola sering kali menghasilkan sesuatu yang di luar dugaan" (Liverpool vs Madrid, Daud Melawan Goliat).
Dan setelah Salah ditarik keluar--diiringi tatapan sedih dan pasrah oleh para pendukung--perbedaan di lapangan hijau segera terlihat sangat kontras dengan ketika Salah masih aktif.
Kini para pemain Real Madrid yang tampil leluasa dan mulai rutin mengancam wilayah pertahanan Roberto Firmino cs. Lucunya, setelah Mo Salah tidak ada, sosok Ronaldo mulai kelihatan. Meski sejak detik pertama dia turun bermain, namun selama itu kiprahnya tidak begitu menonjol. Barulah setelah Mo Salah tidak ada, dia bisa leluasa berlari ke sana ke mari. Liverpool minus Salah, memang kalah segalanya dari Real Madrid.
Sepeninggal Salah, Real Madrid menguasai bola, hingga malapetaka itu tiba pada menit ke-51. Karim Benzema yang hanya "iseng" mengangkat kaki saat berada di dekat kiper Liverpool sewaktu melemparkan bola ke lapangan tengah, justru bola membentur kaki Benzema. Tanpa bisa diduga-duga, bola meluncur ke gawang dan gol! Madrid unggul 1-0. Liverpool yang terpukul oleh gol "gila" itu, sempat menumpuk harapan dengan gol balasan penyama skor pada menit ke-55 oleh Sadio Mane. Namun agaknya sudah menjadi suratan bahwa Liverpool tanpa Salah akan menjadi bulan-bulanan Cristiano Ronaldo dkk.
Masuknya Gareth Bale secara pelan tapi pasti memupus harapan Liverpool untuk memenangi piala lambang supremasi sepak bola Benua Eropa itu. Belum lama bergabung di lapangan hijau, Bale, dengan gaya salto yang indah, mencetak gol pada menit ke-64. Skor menjadi 2-1 untuk tim pengoleksi 13 Piala Champions ini.