Lihat ke Halaman Asli

Asap! Apakah Pemerintahan Jokowi Telah Berperan Menjadi Tuhan?

Diperbarui: 29 September 2015   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jusuf Kalla:

"For 11 months, they enjoyed nice air from Indonesia and they never thanked us," he said.

"They have suffered because of the haze for one month and they get upset,"

Teten Masduki :

“Namun, saya kira Singapura harus memahami kesulitan kita untuk memadamkan (api) ini karena ini bukan satu hal yang sederhana," kata Teten di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (28/9/2015).

Dia menjelaskan, Singapura juga selama ini menikmati oksigen yang dihasilkan hutan-hutan Indonesia selama sembilan bulan, sebelum kebakaran terjadi.

Sambil merenung dua kalimat diatas dan menatap keluar jendela dari ruangan kerja penulis dilantai 10 dimana penulis dapat melihat suasana diluar yang dipenuhi oleh lapisan putih yang menyerupai kabut di musim dingin menjelang semi di Ottawa. Dari kejauhan yang biasanya penulis dapat melihat sekelebat pulau Batam, sekarang sirna sama sekali ditelan kabut asap ini.

Pemerintah boleh berganti, namun kelihatan sekali kalau dari satu pemerintahan ke pemerintahan yang lain belum terlihat secara konkrit tindakan untuk pembakar hutan. Baik berdasarkan UU yang berlaku maupun secara preventif. Masih teringat beberapa tahun silam, presiden SBY sambil berjalan masuk ruangan rapat soal asap sembari menegur keras menterinya yang sedang tertawa-tawa. Bisa dilihat dari video link dibawah ini:

Ya, delapan tahun yang lalu semenjak insiden rapat ini!! Selama delapan tahun ini juga banyak penduduk Indonesia dipaksa untuk menghirup asap yang tidak menyehatkan ini tanpa bisa berbuat banyak. Namun, yang disuguhkan ke masyarakat untuk dipertontonkan seakan-akan pemerintah itu concern, dengan gambaran seorang presiden yang turun ke area hutan yang terbakar dengan masker di hidung dan seolah-olah men-direct upaya pemadaman. Salah besar !! Yang dibutuhkan adalah seorang pemimpin yang berani untuk mendobrak dan memiliki vision yang jelas dalam hal pencegahan dan repressive terhadap pelakunya. Kita tidak mengharapkan seorang pemimpin yang hanya bisa mengarahkan cara memadamkan api ! Itu bukan tugas beliau. Kalaupun api telah membesar dan tak terkontrol, ini menandakan bahwa sudah terlambat.

Yang lebih mengecewakan lagi, setelah 8 tahun berlangsung, bukannya pemerintahan Indonesia belajar dari pengalaman dalam mengatasi bencana ini, malahan menjadi kehilangan cara dan kehilangan pikiran sehat. Maaf, memang terkesan kasar sekali kalau penulis menggunakan kata “kehilangan akal sehat”, namun tidak ada kosa kata yang lain lagi yang bisa menggambarkan jalan pikiran kedua individu diatas yang mengeluarkan statement tanpa berpikir panjang.

Yang menciptakan udara dan isinya di alam semesta adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada satu individu pun didunia ini yang berhak meng-klaim bahwa mereka menciptakan udara segar untuk orang lain. Tidak secara individu, golongan dan bahkan suatu negara. Jadi keblunderan Jusuf Kalla dan Teten Masduki yang mengeluarkan statemen ini sungguh disayangkan. Kalaupun Indonesia bisa klaim bahwa mereka menghasilkan udara segar dengan menanami hutan gundul-nya, apakah ini bukan bentuk yang memang seharusnya dan sewajarnya mereka kerjakan demi warga dan lingkungan hidup? Kalaupu Indonesia memiliki kawasan hutan yang besar ataupun perkebunan yang diklaim “menyediakan” udara segar ke wilayah Asia Tenggara, apakah Indonesia sendiri sudah merasa berhak menjadi Tuhan ? Alangkah kasihannya warga negara Indonesia dimana seolah olah penghijauan yang dilakukan demi negara tetangga saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline