Inovasi merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengatasi persoalan dan membawa kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Pendidikan hendaknya menjadi sarana bagi para siswa untuk dapat mengembangkan kreativitas dan kemampuan berinovasi sesuai minat dan bakat masing-masing.
Canisius College Cup ke-39, atau yang biasa disebut CC Cup, tak lama lagi hadir. Tanpa terasa, kegiatan lomba seni dan olahraga yang menjadi acara tahunan Kolese Kanisius sudah diselenggarakan selama hampir empat dekade. Kini, CC Cup sudah mencakup 19 cabang perlombaan bagi siswa-siswi SMP dan SMA se-Jabodetabek. Selain skalanya yang begitu luar biasa, dengan menghadirkan 264 sekolah dan lebih dari 1000 peserta pada tahun 2023, CC Cup menjadi kegiatan yang unik dari sisi kepanitiaan. Panitia CC Cup, yang melibatkan seluruh siswa Kolese Kanisius, diberikan ruang kebebasan untuk berinovasi dan berekspresi dalam bidangnya masing-masing.
Peran teknologi dalam kegiatan Canisius College Cup terus berubah seiring perkembangan zaman. Proses pendaftaran yang dahulu begitu ribet dengan pengiriman surat dan formulir kini telah dipermudah dengan adanya situs pendaftaran online. Di balik teknologi digital CC Cup yang begitu canggih, terdapat Seksi Digital Infrastructure. Lahir tak lama setelah pandemi, seksi itu memiliki tanggung jawab besar dalam mengembangkan dan mempertahankan sarana-sarana tersebut. Sejak 3 bulan sebelum ajang perlombaan dimulai, Seksi Digital Infrastructure telah sibuk memikirkan, merencanakan, dan mengembangkan situs web, aplikasi HP, dan sarana digital lainnya yang diperlukan guna menunjang kegiatan yang luar biasa tersebut. Pendaftaran, pembayaran, serta penampilan hasil dan jadwal lomba di aplikasi menjadi tanggung jawab seksi tersebut yang terus berusaha mengembangkan inovasi baru.
Selama proses pembuatan aplikasi-aplikasi tersebut, para pengembang aplikasi diberikan ruang yang luas untuk berinovasi dan mengekspresikan diri melalui karya-karyanya. Mulai dari memilih kerangka aplikasi hingga merancang tampilan aplikasi, kreativitas menjadi salah satu aspek yang tak tersingkirkan dalam proses perancangan aplikasi.
Kolaborasi menjadi kunci dalam proses pembuatan situs dan aplikasi. Dengan keahlian yang berbeda-beda, setiap anggota seksi memiliki perannya masing-masing. Mereka belajar untuk bekerjasama dan saling membantu agar dapat memecahkan berbagai masalah serta mewujudkan rasa kekeluargaan sebagai satu tim. Suatu ikatan persaudaraan terbentuk setelah menjalani proses selama kira-kira tiga bulan tersebut. Para anggota seksi yang awalnya tidak kenal menjadi kenal, dan yang awalnya kenal menjadi teman. Selain kolaborasi dalam satu seksi, kolaborasi dengan seksi-seksi lain, seperti seksi administrasi dan seksi desain, juga tidak kalah penting. Dalam hal tersebut, para koordinator memegang tanggung jawab besar dalam memastikan proses komunikasi yang efektif dan pembagian tugas yang sesuai.
Tentu saja, proses pengembangan sarana-sarana tersebut tidak tanpa tantangan. Dalam membangun proyek yang begitu masif, berbagai masalah pasti dihadapi. Bug, yang dapat diartikan sebagai suatu eror dalam program komputer, sangat sering dihadapi oleh para pengembang aplikasi. Bug ini dapat diatasi secara langsung ataupun berhari-berhari. Selain itu, miskomunikasi juga sering timbul, baik di antara anggota seksi maupun dengan pihak eksternal. Namun, tantangan-tantangan yang dihadapi selalu menjadi proses pembelajaran dalam membentuk pribadi-pribadi yang lebih mampu berpikir kritis dan pantang menyerah.
Dinamika Seksi Digital Infrastructure di CC Cup menunjukkan pentingnya pemberian ruang berekspresi dan berkolaborasi untuk mengembangkan aspek-aspek di luar pembelajaran ruang kelas. Inovasi lahir saat terdapat kebebasan untuk berkreasi dan mencoba hal-hal baru. Dengan memberikan ruang kebebasan bagi peserta didik, mereka tidak hanya mempertajam hard skills yang mereka miliki, tetapi juga soft skills, seperti bekerjasama dalam tim, mengatur waktu, dan kepemimpinan.
Dunia pendidikan tak dapat lagi mengandalkan metode-metode kuno yang sudah tidak relevan. Sekolah perlu menyediakan sarana untuk berekspresi, berkreasi, dan berinovasi bagi siswa-siswanya agar setiap bakat dapat berkembang secara optimal. Seringkali, bakat dan minat terpendam karena ketiadaan wadah berekspresi. Pendidikan seharusnya bukan lagi hanya menekankan pengembangan kemampuan akademis, tetapi juga proses formasi yang melahirkan inovator-inovator yang dapat memberi kontribusi nyata dalam membangun kehidupan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H