AHOK bagaikan magnet yang daya tariknya sangat dahsyat. Gubernur DKI yang fenomenal ini selalu menjadi sorotan. Dia sangat dikagumi banyak orang karena sepak terjangnya yang memang sering “tidak masuk akal”. Keberanian dan konsistensinya memerangi korupsi rasanya sulit dicontoh oleh siapa pun pada masa ini. Namun karena sikapnya yang anti-korupsi inilah dia dibenci banyak orang pula. Bermacam cara dan manuver dilakukan orang-orang atau lembaga untuk menghentikan mantan bupati Belitung Timur ini. Namun dia tidak ciut sedikit pun. Bahkan ada kalanya dia malah lebih galak lagi terhadap orang-orang yang mengancam dengan nada seram!
Di tengah krisis kepemimpinan negeri ini, Ahok bagaikan oase. Dia ibarat mata air yang jernih bagi siapa pun yang membutuhkan. Namun dengan syarat, harus sesuai prosedur dan kebutuhan. Kalau kita memang layak mendapatkannya, Ahok akan memberi dengan senang hati. Namun jangan pula mencoba-coba main tipu-tipu, Ahok akan menelikung balik oknum-oknum serakah yang gemar berbuat curang. Dia tidak akan kompromi terhadap pelanggar hukum. Sadar dirinya sebagai gubernur yang bertanggung jawab menjadikan Jakarta sebagai kota yang berkelas dan bermartabat, sikap tegasnya dia perlihatkan dengan menggusur pemukim ilegal. Namun sebelumnya dia telah sediakan rusun bagi mereka yang tergusur. Sekilas memang kejam. Namun itu hanya perasaan sesaat. Akan tiba saatnya perasaan syukur terucap untuk semua yang dilakukan Ahok.
Namun bagi segelintir oknum yang merasa “rezeki ilegal”nya tersumbat, Ahok adalah musuh besar dan berbahaya yang harus disingkirkan. Berbagai cara dan upaya dilancarkan untuk menjegal Ahok, termasuk dengan menjual agama. Mereka mungkin mengira rakyat masih tetap bodoh seperti mereka. Masyarakat sudah cerdas. Sudah bukan jamannya lagi menjual-jual agama.
Ndilalah.... entah baru makan apa, Adhyaksa Dault yang pernah beruntung diangkat menjadi menteri olahraga, mengatakan mendukung Ahok jadi gubernur DKI kalau masuk Islam. “Kalau anda masuk Islam, saya sendiri akan dukung anda', kata Adhyaksa ke Ahok, dalam acara Mata Najwa, beberapa waktu lalu.
Tanpa bisa dibendung, si Kumis yang satu ini jadi bahan cemoohan. Jujur saja. Dulu, sewaktu dia diangkat menjadi menteri pun banyak yang mempertanyakan kapasitas dan kapabilitasnya. Kini, gara-gara ucapannya yang tidak intelek itu, semakin tampaklah jelas kalau orang ini memiliki kapasitas dan kapabilitas yang serba terbatas!
Kembali ke Ahok.
Bahwa Ahok menganut agama Kristen, yang kata orang-orang adalah minoritas, itu memang benar. Dan lagi pula, di negeri ini apa ada larangan seseorang menjadi gubernur karena latar belakang suku-ras-agama? Konstitusi menjamin hal itu. Dan Ahok menegaskan kalau dirinya rela mati demi menegakkan konstitusi. Setelah menjadi gubernur DKI, apakah Ahok memihak terhadap warga minoritas? Rasanya tidak. Bahkan Ahok justru memperlihatkan keberpihakan dan kepedulian yang lebih terhadap mayoritas. Misalnya membangun mesjid megah di Balai Kota. Mengumrohkan marbot yang berprestasi DKI secara berkala, bahkan tiap tahun berusaha memberangkatkan marbot DKI untuk naik haji.
Sebagai sosok yang “istimewa”, mungkin banyak orang “menyayangkan” kenapa Ahok bukan seorang Islam? Bahkan tidak sedikit pihak yang secara vulgar meminta Ahok untuk masuk Islam saja. FPI yang rajin mendemo Ahok bahkan pernah melontarkan hal ini. Dan baru-baru ini Adhyaksa Dault ikut-ikutan pula. Atas himbauan semacam ini, Ahok sendiri hanya menanggapi dengan bijak. Misalnya, dia pernah mengatakan akan masuk Islam jika Gus Dur yang memintanya. Dan hanya orang ceras yang mampu mencerna makna jawaban Ahok ini. Yang jelas, Gus Dur sekarang sudah tiada. Dan lagi pula, orang sekaliber Gus Dur tak akan pernah menyuruh orang yang sudah beragama untuk pindah agama!
Bola ada di tangan Ahok. Jangankan menjadi gubernur DKI untuk periode kedua. Andaikata Ahok mau masuk Islam, jabatan presiden RI pun akan mudah dia dapatkan saat ini. Namun rasanya Ahok bukanlah orang yang gila jabatan. Rasanya dia bukanlah tipe orang yang mau menggadaikan iman demi jabatan. Lain hal apabila dia memang benar-benar dihinggapi “hidayah”, itu adalah rahasia Tuhan. Yang jelas, apa bila seseorang menggadaikan iman demi mengejar jabatan, sudah pasti tidak akan pernah bisa mengabdi secara tulus ikhlas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H