Lihat ke Halaman Asli

Jomblo Mencari Cinta (32)

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

32
Kembali ke Jakarta

MASA-masa liburan di kampung halaman akhirnya terasa hambar di hati Poltak. Tidak ada lagi gairah untuk mengunjungi teman-teman yang tinggal di kampung. Setelah berziarah ke makam nenek moyangnya, dia hanya bertandang ke rumah beberapa teman. Selebihnya dia hanya di rumah seharian, bercengkerama dengan adik-adiknya.

Namun karena tidak ada lagi yang hendak dilakukan di kampung, Poltak akhirnya memutuskan untuk kembali saja ke Jakarta. Baginya dua minggu di kampung sudah lebih dari cukup untuk memulihkan stamina dan semangat. Dengan alasan ingin mengetahui nilai ujian semester dan mendaftarkan diri untuk mengikuti perkuliahan semester berikut, Poltak pamitan. Dan memang tidak ada lagi alasan bapak dan ibunya untuk menahan. Meski dengan perasaan sedih, Poltak diantar ke pelabuhan Belawan oleh orang-orang yang sangat dikasihinya tersebut.

Siang itu kapal raksasa yang membawa Poltak menuju Pulau Jawa sudah membelah samudera dengan gagah berani. Cuaca sangat cerah. Lautan pun tenang. Poltak yang sudah berpengalaman naik kapal itu, merasa leluasa dan bebas lepas menjelajahi setiap sudut kapal. Dia mencari-cari siapa tahu ada orang yang enak diajak untuk ngobrol. Dia berharap ketemu cewek yang lagi sendirian untuk diajak berbincang-bincang mengusir kejenuhan hati.

Setelah capek mengitari segala penjuru kapal, dia akhirnya menuju kantin dan menghempaskan pantatnya pada sebuah bangku. Dia memesan berbagai makanan. Mahal, tentu saja. Harga di kapal bisa tiga kali lipat dibanding harga di darat. Namun naik kapal antar-pulau kan jarang-jarang. Paling banter juga setahun sekali. Itu pun tidak pasti. Maka apa salahnya menikmati perjalanan selama dua hari tiga malam itu sambil makan-makan dan minum-minum di kantin? Hitung-hitung mencegah perut kosong, menghindari masuk angin.

Kenyang dan puas makan, dia kembali ke tempatnya untuk tidur-tiduran. Tapi karena kebanyakan makan dan minum di kantin, tidak lama kemudian perutnya terasa mulas dan ingin segera ke toilet untuk buang air besar.

Ada beberapa toilet khusus untuk pria di kapal raksasa yang terdiri atas beberapa lantai itu. Namun pada waktu itu toilet yang terdekat sedang penuh. Mau cari kamar mandi lain malas dan cukup jauh. Salah-salah isi perut sudah berhamburan sebelum toilet lain itu ditemukan. Maka dia pun menunggu di luar kamar mandi yang berada dalam jangkauan ini sampai ada yang sudah selesai membuang hajatnya.

Saat berdiri di pojokan sambil menahan-nahan isi perutnya yang bergejolak, Poltak melihat seseorang anak muda berjalan mundar-mandir di sekitar toilet itu. Anak muda itu celingak-celingukan seperti sedang kebingungan. Poltak yakin orang itu penumpang baru. Mungkin dia sedang mencari sesuatu tetapi malu bertanya ke orang-orang yang ada di sana. Maka Poltak pun bertanya ke dia.

“Hei, kau ini mau ke mana, kok dari tadi seperti orang kebingungan?”

“Oh, saya mau ke toilet, mau buang air kecil,” katanya seperti malu-malu.

“Itu kamar mandi. Masuk saja langsung. Kalau cuma mau buang air kecil ada banyak tempat,” jelas Poltak sambil menunjukkan kamar mandi yang berjarak sekitar 10 meter di samping kirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline