Lihat ke Halaman Asli

"Ibda Bi Nafsika"

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pernah nggak iseng-iseng memperhatikan piring-piring bekas makan di acara-acara jamuan makan mulai dari arisan keluarga, reuni, syukuran, sampai pesta resepsi perkawinan besar-besaran...?

Jaraaaang skali, saya temukan piring makan yang bersih karena si empunya telah melicin tandaskan makanan yang diambilnya. Pasti bersisa, ada yang banyak, ada yang sedikit, pokoknya bersisa.  Alasannya beragam, ada yang kekenyangan duluan, ada yang ternyata rasanya nggak sesuai di lidah, ada juga yang hanya sekedar takut dibilang rakus, malah ada juga yang memang sudah kebiasaan. Waaah.....

Kalau kita mau sedikit berhitung-hitung.... andai satu piring menyisakan segenggam makanan dikalikan dengan banyaknya undangan, pesta kecil 20 orang berarti 20 genggam, pesta besar 1000 orang berarti 1000 genggam.... Wuiiih.... bisa dibagikan pada berapa orang tuuh...?

Padahal selama ini kita sibuk teriak peduli itu, peduli ini, solidaritas anu, solidaritas ani (eh, nggak ada ya..?).  Kenapa nggak kita coba kepedulian kita dari dari hal yang paling kecil, dari piring makan kita sendiri.  Habiskan makanan kita, karena keberkahan justru terletak pada butir terakhir.

Jangan-jangan selama ini negeri kita yang gemah ripah loh jinawi ini kurang keberkahannya karena jarang ada yang peduli pada butir terakhir makanan di piringnya.... Bayangkan kalau kita senegara ini, menghabiskan makanan di piring masing-masing..... keberkahan nasional kaan....?

Tapi susah kalau memaksa orang lain, yang bisa kita paksa hanyalah diri kita masing-masing, IBDA BI NAFSIKA begitu sabda Rasulullah yang artinya "Mulailah dari dirimu".  Karena begitu setiap orang memperhatikan amalannya, menjaga dirinya, dalam hal ini tidak rakus, tidak lapar mata, dan bertekad menghabiskan makanannya sampai butir terakhir, niscaya keberkahan menyelimuti kita semua tanpa harus teriak-teriak mari peduli pangan, mari peduli busung lapar, mari bersetiakawan nasional.

Karena tak ada lagi nasi yang teronggok sia-sia, sayur mayur penuh gizi memenuhi perut bak sampah, lauk pauk sumber protein jadi sumber barang busuk, dan buah-buahan penuh warna penghias truk pembuangan.  Semuanya terbagi merata ke perut penduduk negeri ini.

Sekarang pertanyaannya, bisakah kita menahan diri untuk HANYA mengambil makanan yang akan kita makan...? bisakah kita tak merasa gengsi untuk menjadikan piring kita licin tandas...? Bisakah kita mulai membiasakan diri mencari berkah dari piring makan kita...?

Jawabnya BISA !!! Gampang kok, cuma Ibda bi nafsika, mulai dari piring kita, bukan piring orang lain.....

Yuk kita mulai...!!!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline