Jauh sebelum Indonesia merdeka, Sriwijaya sudah dikenal dunia sebagai suatu kerajaan besar yang pusat pemerintahanya terletak di pulau Sumatra. Wilayahnya membentang luas mulai dari Sumatra dan Jawa sampai ke negara-negara tetangga Indonesia di Asia Tenggara.
Kebesaran Kerajaan Sriwijaya ini terlihat dengan dijadikannya Sriwijaya sebagai pusat studi bagi komunitas umat Budha di Asia Tenggara. Pusat studi ini tidak saja mengkaji tentang keagamaan khususnya Budha namun juga mengajarkan tentang teknologi khususnya maritim. Sebagai pusat studi, Sriwijaya tentu saja memengaruhi kebudayaan dan kemajuan teknologi pada masa itu. Berdasarkan sumber-sumber sejarah diketahui bahwa Sriwijaya sangat kental dengan agama budhanya dan sangat terkenal dengan teknologi maritimnya.
Sekarang setelah Indonesia merdeka, Kerajaan Sriwijaya memang sudah tidak ada lagi. Namun, sisa-sisa peninggalan peradabanya pasti masih ada, mungin ada yang sudah ditemukan dan mungkin juga masih banyak lagi yang menunggu untuk ditemukan.
Peninggalan peradaban Sriwijaya yang diyakini sebagi pusat studi (universitas) pada masa itu terletak di Muaro Jambi Provinsi Jambi. Kompleks peninggalan tersebut terletak di pinggir sungai Batanghari yang lebih dikenal sebagi Kompleks Percandian Muaro Jambi.
Seperti yang saya uraikan pada tulisan terdahulu, bisa dicaba di sini, kompleks Percandian Muaro Jambi sejatihnya bukanlah 'candi' tetapi merupakan universitas. Lebih jauh lagi mungkin kompleks ini merupakan sebuah kota pada masa Sriwijaya. Mengapa kota? Karena universitas adalah tempat orang-orang menimba ilmu, ini artinya lokasi itu ramai dikunjungi orang, rasanya sulit menganggap suatu universitas letaknya di desa, mestinya universitas terletak di kota.
Baru-baru ini saya menyempatkan diri lagi untuk mengunjungi lokasi yang saya klaim sabagi universitas tersebut. Setelah menyisir dan mengamati beberapa bangunan, pada salah satu bangunan saya menemukan suatu tulisan yang sudah mulai terhapus dan termakan usia. Tulisan ini terdapat pada salah satu banguan yang lumayan baru selesai dieskapasi. Bagi saya tulisan ini merupakan suatu bukti baru yang sangat luar biasa.
Tulisan tersebut jika dibaca bacaanya adalah pramustira Empu Kusuma. Arinya tempat persemayaman Empu Kusuma. Kalau dalam Bahasa Indonesia tempat persemayaman bisa berarti sebagai makam atau rumah.
Setelah saya telusuri bangunannya justru saya tidak menumukan satu pun makam. Pada bagian luar bangunan tersebut terdapat tembok batu bata yang mengelilingi seluruh bangunan. Pada bagian dalamnya terdapat tembok batu bata yang menjadi penanda pemisah banyak ruangan, pada setiap ruangan ditemukan ada beberapa yang memiliki sumur. Selanjutnya, di salah satu sudut bangunan ini ditemukan juga bakas kolam yang sepertinya berfungsi sebagai tempat pemandian. Ini artinya bangunan ini bukanlah makan tetapi rumah tempat tinggal. Rumah tempat tinggalnya Empu Kusuma.
Kalau ada rumah Empu Kusuma mungkinkah ada rumah empu-empu yang lain, mungkin Kompleks ini adalah universitas sekaligus kota? Untuk menjawab itu tentu masih membutuhkan banyak penelitian karena di sekitar rumah Empu Kusuma masih banyak menapo (gundukan tanah yang diyakini sebagai bekas bangunan candi) yang masih bulum dieskapasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H