Lihat ke Halaman Asli

Hanny Setiawan

TERVERIFIKASI

Relawan Indonesia Baru

Melihat Amerika dari Kacamata Indonesia

Diperbarui: 20 Januari 2021   19:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: belajarsemua.github.io)

Melalui jalan perjalanan panjang konstitusi,  Trump akhirnya memberikan pernyataan untuk menyerahkan kekuasaan kepada "new administration", tanpa dia menyebut Biden Administrasi. Dalam beberapa jam, sesuai prosedur, seharusnya Biden-Kemala diinagurasi sebagai Presiden-Wakil USA yang ke-46.  

Dan seperti koor yang sangat kompak, "kekalahan Trump" ini disambut sangat meriah oleh media-media , tokoh-tokoh , buzzer-buzzer, sampai kepada pengamat-pengamat amatir di Indonesia.  Ya, di Indonesia.

Artinya, gelombang yang terjadi di-Amerika adalah sesuatu yang global, dan narasi propaganda apapun dari "barat" dapat termiror dengan baik, di Indonesia.  Apalagi outlet-outlet media besar Amerika sudah terasa cengkramannya di Indonesia, misal yang jelas CNN kita memiliki CNN Indonesia.  

Dalam rumus demokrasi, media adalah pilar ke-4 setelah eksekutif, yudikatif, dan legislatif.  Dengan lahirnya platform sosmed, maka kita memiliki pilar ke-5 Twitter, FB, Google, Amazon, Apple sudah terbukti mampu membuat dunia tersentak.  Men-sensor presidennya sendiri.  Kapitalisme sudah melahirkan "anak-anak haram" yang akhirnya menjadi monster baru dalam peradaban manusia.

Apa Yang Sebenarnya Terjadi?

Hampir 100%, masyarakat Indonesia pro Biden-Kemala, tanpa pernah tahu siapa Biden-Kemala itu, apalagi mempelajari cerita panjang, sepak terjang mereka.  

Biden-Kemala-Pence (Wakil Trump) adalah para politisi karir.  Politisi karis adalah orang-orang yang "cari makan" di politik.  Orang-orang seperti ini by rule of thumb adalah orang-orang yang pro status quo, dan sudah melihat banyak presiden datang dan pergi, bagi mereka siapun presidennya, saya tetap disini makan sebanyak-banyaknya.Sementara itu, Trump bukanlah politisi.  Dia pebisnis kaya yang melompat jadi Presiden.  

Jadi karirnya di politik "baru 4 tahun". Bandingkan dengan Biden yang sudah puluhan tahun.  Artinya, Trump adalah new kid on the block yang menghadapi rawa-rawa politik (the swamp) yang sudah tahu bagaimana memainkan kartu.  

Cuma, kali ini mereka kaget, karena Trump mampu mengalahkan Hillary, dan sejak itu, selama 4 tahun media, kongres, dan semua daya digunakan untuk menjatuhkan Trump.  

Bukannya menurun, pemilih Trump yang diakui pihak lawan mengalami kenaikan 10 juta dan terbesar selama ini.  74 juta pendukung Trump dari semua lapis masyarakat sangat militian dan fokus dalam visi-misi bersama "America First". Patriot dan Nasionalisme.  

Inilah akar, dari semuanya.  Trump tidak mendukung para globalist-leftist yang memiliki nilah-nilai sekuler sosialis, dan sangat mendukung Amerika First dan berakar kepada nilai-nilai Judeo-Christianity seperti Konstitusi Amerika.  Ingat, dollar Amerika saja ada tulisan "In God We Trust."

To sum it up, this is about a struggle between America First with its Judeo-Christian values vis a vis America Last (global first) with its secular socialism values (Elwin Tobing)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline