Berita bahwa KMP bubar saya lihat justru sebagai sebuah warning bagi pemerintahan Jokowi. Musuh yang dikenali lebih mudah untuk di hadapi daripada musuh yang tidak kelihatan. Reformasi 1998 memperlihatkan kepada kita bahwa mengalahkan Soeharto lebih jelas daripada mengalahkan "roh orba". Sampai sekarang, roh orba itu masih ada terlihat mulai dari Golkar, Gerindra, Perindro, Nasdem, Hanura, dsb.
1998 Indonesia memilihi jalur reformasi, bukan revolusi. Hal baiknya, kita tidak perlu melihat jutaan orang dibantai seperti revolusi orba tahun 1965. Luka yang sampai sekarang tak terselesaikan. Hal buruknya, sistem orba yang koruptif tetap dipakai bahkan semakin menggila karena paska Soeharto, tidak ada lagi godfather tunggal. Tidak sulit dilihat, semua jendral dan pemodal membuat koalisinya masing-masing.
Pengerucutan KMP vs KIH 2014 adalah akibat munculnya seorang Jokowi yang mewakili generasi non-orba yang dying. Munculnya Prabowo menjadi gacoan KMP memperlihatkan bagaimana sulitnya generasi orba ini move-on. Ikatan dari roh orba ini demikian hebat, bahkan sudah bermutasi menjadi neo-orba dengan lahirnya regime SBY 10 tahun sebelum Jokowi.
Jadi, tidak mengherankan ketika KMP ramai diberitakan bubar (baca), tiba-tiba SBY muncul lagi di channel YouTubenya (lihat). Mereka sedang mencoba strategi baru untuk menggoyang Jokowi, dan Ahok. Mengapa Ahok? Karena rupa-rupanya, Ahok sudah dianggap kekuatan pendukung Jokowi yang utama. Ketika Ahok jatuh, mereka melihat kekuatan Jokowi akan berkurang. Make sense menurut saya.
***
Selama 10 tahun SBY tensi dengan 'roh orba' ini tidak terasa karena SBY merangkul dan ikut serta menjadi bidan "kelahiran baru" orba. Puncak buktinya, ketika diakhir masa tugasnya SBY bermain di dua kaki dan ikut menggolkan UU MDK3. Bahkan SBY harus secara pahit mendapatkan julukan "presiden paling pengecut" di dunia maya. Akhir yang cukup tragis dari seorang jendral yang didukung mayoritas rakyat di 2004 dan 2009 untuk membuat perubahan.
Sebagai ahli strategi, kemunculan SBY kembali yang diakui sudah dia tunggu 2 tahun ini, harus di amati dan diikuti. Sebagai negarawan SBY namanya sudah rusak, sebagai politikus kelicinan SBY belum tertandingi. Demokrat mampu menggunakan KMP untuk tetap eksis di DPR.
Biarpun kemunculan SBY dikritik Budiman Sudajtmiko sebagai sesuatu yang tidak etis sebagai eks-presiden yang tidak ikut bertarung di 2014 (dibandingkan dengan eks presiden di Amerika), SBY sudah mengambil keputusan untuk tampil kembali di panggung politik. Jelas SBY sedang menyiapkan 2019 dan mungkin menjaga keluarga dari marabahaya KPK dan Kejagung. Tidak bisa dianggap enteng dan sebelah mata.
***
Biarpun sudah menyatakan mendukung pemerintah, orang-orang KMP belum berubah. Selama orangnya belum berubah, tidak mungkin bisa dipercaya bahwa tujuan, cara, dan semangatnya berubah. KMP akan menyatu kembali 2019 sama seperti Lord Voldemort di film Harry Porter. Dan SBY akan tetap berdiri di dua kaki untuk terus mencari keuntungan bagi kelompoknya. Oportunis sejati.