Lihat ke Halaman Asli

Hanny Setiawan

TERVERIFIKASI

Relawan Indonesia Baru

Gara-Gara LGBT, Pak Nasir Menteri Baru Kena 'Bully'

Diperbarui: 3 Februari 2016   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : sidomi.com

Menristek Dikti Mohammad Nasir menjadi trend di medsos karen respon reaktifnya terhadap Support Group and Resource Center on Sexuality Studies (SGRC) di Universitas Indonesia dan Universitas Indonesia (UI) yang mendukung gerakan LGBT di kampus. Para pendukung paham humanis-liberal (neo-humanis) langsung berteriak menyerang M. Nasir. Dan terlebih itu, mempertanyakan apa hak Nasir mengurusi LGBT di Kampus. Singkatnya, sang menteri baru dengan departemen baru kena bully netizen.

Jadi, isu pentingnya ada dua 1) Legalitas Nasir dalam melarang atau tidaknya SGRC 2) Isu LGBT itu sendiri didalam kampus karena masalah HAM. Pak Nasir emimpin departemen yang bukan hanya mengurusi ristek tapi juga dikti (pendidikan tinggi) di era Jokowi. Jadi, ketika dia mengambil kebijakan seputar pendidikan tinggi, itu hak dia. Tidak ada yang salah secara legalitas. Kalau kemudian kebijakan Nasir dianggap tidak pro HAM, itu isu lain yang bisa diperdebatkan secara dewasa di alam demokrasi.

Kesalahan Nasir adalah dia terlalu lugas sehingga tidak melihat dampak sosial politisnya. Karena pada dasarnya posisi Nasir sebagai seorang menteri adalah posisi politis. Dan permasalahan LGBT sudah menjadi permasalahan internasional sejak Obama menjadi pahlawan para LGBT di abad modern ini.

Meskipun demikian, ada blessing in disguse, kasus ini membuka mata Indonesia. Ternyata isu LGBT sudah menjadi isu besar di negara yang sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, mayoritas Islam, dan memiliki banyak agama konservatif, serta sangat spiritual. Bersamaan dengan ISIS, ternyata LGBT sudah hadir, bukan hanya di ruang-ruang psikolog, tapi di ranah publik. Dan ini berarti akan mempengaruhi politik. Kekuataan LGBT akan digunakan dikemudian hari demi kepentingan politik, seperti halnya politikus menggunakan agama untuk meraih kekuasaan. 

***

Akankah buku anak-anak kita nanti seorang pangeran yang mencintai pangeran yang lain, atau seorang putri mencari putri yang lain seperti disinyalir Walt Disney sudah melakukannya? Dunia sudah berkembang sedemikan jauh, tapi ternyata pada akhirnya cuma kembali kepada insting manusia yang ingin menjadi Tuhan.

Kita bisa berteori apapun dan itu legal di alam demokrasi. Tapi, kita tidak perlu saling membunuh karena yang satu pro atau kontra LGBT. Kita hanya bertanggung jawab terhadap kepercayaan masing-masing apa yang dianggap sebagai kebenaran untuk ditetapkan sebagai kebijakan publik di Indonesia.

Pak Nasir sudah menentukan dimana dia berpijak, kita hargai dan hormati sebagai layaknya orang beradab. Dan justru Indonesia harus berterima kasih, karena sekarang kita mengerti, ada pekerjaan rumah besar yang menunggu Indonesia. Akankah Indonesia tetap lurus alias #straight atau #lgbt.  Kekalahan #straight akan membuat bukan hanya Pak Nasir, tapi ustadz, pendeta, teolog, dan semua pihak konservatif akan kena Bully juga.  Sudah terjadi di Amerika, dan benih itu yang sedang terjadi di Indonesia. Sebuah peperangan.

Pendekar Solo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline